https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Zulkifli bersama Komunitas Peternak Madu Kelulut Aceh. Foto: Zulkifli

Peternakan Madu Kelulut Aceh

ACEHSATU.COM | ACEH TIMUR – Beternak Kelulut atau Linot (Bahasa Aceh) kini bukan lagi sekedar hobi atau untuk menghabiskan waktu luang. Melainkan telah menjadi sumber pendapatan yang menggiurkan.

Beberapa waktu lalu jurnalis ACEHSATU.com, berkesempatan mengunjungi sebuah usaha budidaya madu Kelulut yang terletak di Desa Seuneubok Pidie, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, milik Zulkifli, melihat secara dekat bagaimana peternakan Kelulut dijalankan.

Di rumahnya yang terlihat sangat sederhana, Zulkifli atau sering disapa Om Jol berbagi cerita tentang usaha madu Linot yang digelutinya sejak 2017.

Sebelumnya ia pernah membuka usaha batu bata dan servis AC.

“Namun semuanya tidak berhasil berkembang,” kata Om Jol kepada ACEHSATU, Selasa, (22/6).

Zulkifli yang berlatarbelakang mantan kombatan GAM (kini KPA) mencoba bangkit dari keterpurukan dan iseng beternak hewan Linot (Kelulut) sekedar untuk menghibur diri saja.

Hasil dari budidaya coba-coba itu pun hanya untuk konsumsi pribadi karena jumlahnya masih terbatas.

Tetapi ia merasakan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuhnya. Sehingga Zulkifli terus bertahan dengan budidaya Kelulut.

Madu Kelulut atau madu trigona adalah jenis madu yang dihasilkan lebah tanpa sengat yaitu Trigona Utama dan Trigona Thoracica.

Hasil penelitian menunjukkan madu Kelulut sangat baik untuk memperkuat sistem imun tubuh karena madu ini mengandung senyawa fenolik yang merupakan antioksidan yang kuat.

Madu Linot juga sangat bagus untuk mengontrol berat badan. Dikatakan bahwa penggunaan madu Kelulut secara teratur memiliki manfaat signifikan untuk meningkatkan kesehatan bagi penderita obesitas.

Selain memiliki keunggulan sebagai produk kesehatan, budidaya Kelulut saat ini juga sangat menguntungkan secara bisnis. Kini produk madu Kelulut dicari oleh konsumen.

Zulkifli bersama komunitas peternak Madu Kelulut Aceh. Foto: Zulkifli

Produk Kelulut hasil peternakan Zulkifli kini sudah dikenal hingga ke luar Aceh bahkan ke negeri Jiran Malaysia. Setiap bulan Zul mengirimkan madu ke pelanggan nya sampai ke Kalimantan.

“Alhamdulillah usaha saya ini sekarang sudah memberi hasil yang menggembirakan, meski dulu masyarakat kerap mencemooh pekerjaan yang ia jalani,” ungkap Zul

Setiap bulan Zulkifli bisa meraup jutaan rupiah dari hasil penjualan madu Kelulut ini. Dengan 100 sarang yang ada saat ini, lebah Kelulut Zulkifli mampu menghasilkan rata-rata sebanyak 20 liter madu.

Kendati demikian Zulkifli masih terkendala sempitnya lahan yang dimiliki, sehingga tidak dapat dilakukan pengembangan lebih luas lagi.

Dirinya berharap kedepan bisa memiliki lahan yang lebih representatif untuk dapat menanam vegetasi yang cukup.

Selain terkendala pada lahan, budidaya Kelulut Zulkifli juga belum memiliki izin usaha dari instansi terkait, juga izin edar seperti PIRT, sertifikat halal BPOM.

Zul bercita-cita agar merek dagang “Al-Misbah” yang saat ini ia munculkan kelak bisa menjadi label produk yang dipatenkan.

“Semoga pemerintah dapat membantu para pembudidaya Kelulut dalam pengurusan izin, ini sangat kami harapkan,” tuturnya. (*)