https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Suasana Pantai Benteng Portugis yang viral karena air laut surut di Jepara, Rabu (30/9/2020). (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)

ACEHSATU.COMVideo yang menunjukkan air laut surut di Pantai Benteng Portugis, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah hingga memperlihatkan pasir pantai membuat heboh di media sosial. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menilai fenomena itu merupakan pasang surut menjelang bulan baru.

“Ya pasang surut jelang bulan baru normal terjadi,” kata Kepala BMKG Yogyakarta Agus Riyanto saat dimintai konfirmasi detikcom lewat pesan singkat, Rabu (30/9/2020).

Agus mengatakan bahwa hingga kini pihaknya belum mencatat ada fenomena lain terkait dengan surutnya air laut di pantai itu. Menurutnya air laut surut di Pantai Benteng Portugis Jepara adalah normal.

“Kalau fenomena lain sampai sekarang belum ada catatan monitoring alat kami,” jawab Agus.

Diwawancara terpisah sebelumnya, Kepala BPBD Jepara Kusmiyanto menuturkan bahwa kejadian itu sudah sering terjadi di wilayah tersebut. Terutama di seputaran perairan Metawar Desa Ujungwatu, Kecamatan Donorejo. Menurutnya warga juga sudah biasa dengan fenomena tersebut.

“Bahkan para nelayan sudah menyiapkan jembatan sampai tengah laut untuk mengantisipasi jika terjadi surut, sehingga nelayan tidak terjebak lumpur dan bisa langsung mendarat ke jembatan bambu,” ujar Kusmiyanto saat dihubungi detikcom siang ini.

Menurutnya, keterangan dari BMKG terkait air laut surut di Pantai Benteng Portugis juga tidak ada keterkaitan dengan gempa. Namun memang surut air laut di Benteng Portugis kali ini lebih ekstrem dari biasanya.

Sementara itu, Kabid Kominfo Dinas Kominfo Kabupaten Jepara, Wahyanto, menambahkan kejadian air surut bukan tanda-tanda akan terjadi tsunami. Pemkab Jepara pun meminta warga agar tidak panik terkait viralnya video tersebut.

“Jadi ini bukan tanda akan terjadi tsunami, tapi fenomena alam yang biasa terjadi di Ujungwatu,” kata Wahyanto kepada detikcom. (*)