Ukraina Kehabisan Oksigen Medis di Tengah Situasi Perang, Rusia Naikkan Suku Bunga

"Mayoritas rumah sakit bakal kehabisan cadangan oksigen mereka dalam 24 jam ke depan. Beberapa di antaranya sudah habisan. Kondisi ini mengancam ribuan nyawa."
Ukraina kehabisan oksigen medis di tengah situasi perang
Ukraina kehabisan oksigen medis di tengah situasi perang

ACEHSATU.COM | Zurich – Ukraina kehabisan oksigen medis di tengah situasi perang. Ukraina kehabisan persediaan oksigen untuk pasien kritis, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (27/2), menyerukan jalur aman bagi impor darurat di tengah situasi perang.

“Kondisi persediaan oksigen di Ukraina hampir mendekati titik yang sangat berbahaya.

Truk-truk tidak dapat mengangkut pasokan oksigen dari pabrik ke rumah sakit di seluruh negeri, termasuk di ibu kota Kiev,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Direktur WHO Regional Eropa Hans Kluge lewat sebuah pernyataan.

“Mayoritas rumah sakit bakal kehabisan cadangan oksigen mereka dalam 24 jam ke depan. Beberapa di antaranya sudah habisan. Kondisi ini mengancam ribuan nyawa.”

Oksigen sangat penting bagi pasien dengan berbagai macam kondisi, termasuk 1.700 pasien COVID rawat inap dan pasien penyakit kritis lainnya yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, kelahiran, sepsis, luka dan trauma.

Layanan rumah sakit darurat juga terancam mengalami padam listrik, sementara ambulans yang membawa pasien bisa saja terjebak dalam baku tembak.

WHO mengatakan sedang berupaya menambah pasokan oksigen, kemungkinan besar menggunakan oksigen cair dan silinder dari jaringan regional.

Pasokan-pasokan ini akan membutuhkan rute transit yang aman setelah meninggalkan koridor logistik melalui Polandia.

Rusia naikkan suku bunga acuan jadi 20 persen dalam langkah darurat

Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dari 9,5 persen pada Senin dalam langkah darurat, dan pihak berwenang mengatakan kepada perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk menjual mata uang asing karena rubel jatuh ke rekor terendah.

“Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis,” kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.

“Kenaikan suku bunga utama akan memastikan kenaikan suku bunga deposito ke tingkat yang diperlukan untuk mengimbangi peningkatan depresiasi dan risiko inflasi.

Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan warga dari depresiasi.”

Gubernur Bank Sentral Elvira Nabiullina akan mengadakan pengarahan pada pukul 13.00 GMT, kata bank tersebut.

Dalam upaya lain untuk mendukung rubel, bank sentral dan kementerian keuangan juga bersama-sama memerintahkan perusahaan-perusahaan pengekspor Rusia untuk menjual 80 persen dari pendapatan mata uang asing mereka di pasar.

Pergerakan baru-baru ini menambah banyak tindakan yang diumumkan sejak Kamis (24/2) untuk mendukung pasar domestik, karena negara tersebut berjuang untuk mengelola dampak yang meluas dari sanksi Barat yang diberlakukan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina.