https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Arti Kata Lonte
Ilustrasi Foto: Phil McCarten/Getty Images

ACEHSATU.COMKata ‘lonte’ tiba-tiba saja trending Twitter dan jagat maya Tanah Air. Sebagian besar masyarakat Indonesia membicarakan asal mula kata ‘lonte’ yang sedang hangat dibahas menyusul ucapan Habib Rizieq.

Ceramah pemimpin Front Pembela Islam (FPI) saat peringatan maulid Nabi Muhammad SAW akhir pekan lalu memicu kontroversi. Dalam ceramahnya, kata lonte disebutkan Habib Rizieq, meski tidak secara spesifik menyebut nama Nikita Mirzani yang sedang bermasalah dengan dirinya.

“Ada lonte hina habib. Pusing, pusing. Sampai lonte ikutan ngomong, iyee…,” kata Rizieq di Jl KS Tubun, Jakarta Pusat. seperti dikutip detikcom.

Ucapan Rizieq disambut riuh hadirin. Dia mengaku tidak marah banyak orang berkerumun saat menjemputnya dikritik. Lalu Rizieq menyinggung soal polisi menjaga rumah orang yang disebutnya lonte itu.

“Saya nggak marah. Cuma ada umat yang marah, ngancem mau ngepung lonte. Eh polisi kalang kabut jagain lonte. Kacau, kacau,” kata dia.

Sebenarnya apa sih arti dari kata ‘lonte’?

Kata lonte masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dirangkum oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud. Lonte resmi masuk ke dalam kamus Tesaurus.

Dalam laman kbbi.kemendikbud.go.id, kata lonte berarti kepada 7 makna. Di antaranya perempuan jalang, wanita tunasusila, pelacur, sundal, jobong, cabo, dan munci.

Tapi ada makna lainnya dari kata lonte yang masuk ke dalam KBBI, yakni sebagai kata benda. Lonte merupakan bahasa gaul yang menjadi akronim dari lontong sate.

Kata Lonte di Buku Soekarno

Jauh sebelum riuhnya kata lonte yang menjadi perbincangan netizen gegara Habib Rizieq, kata lonte terlebih dahulu masuk ke dalam otobiografi Soekano. Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Bung Karno menuliskan peran dari wanita tuna susila.

Kata wanita tuna susila atau pelacur disebut Bung Karno sebagai mata-mata penting dan paling baik di dunia.

“Dalam keanggotaan PNI (Partai Nasional Indonesia) di Bandung terdapat 670 orang perempuan yang berprofesi demikian dan mereka adalah anggota yang paling setia dan patuh,” tulis Bung Karno.

Bahkan wanita tuna susila yang disebut Bung Karno bertugas sebagai informan kolonial di masa penjajahan. Mereka juga terlibat dalam pergerakan sosial dan sebagai penyumbang besar bagi partai.

Dalam buku juga disebut, Bung Karno bekerja sama dengan 670 lonte yang dijadikan sebagai mata-mata. Lokasi mereka pun menjadi tempat rapat yang aman. (*)