https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Traveler Muda Abdya Jajal Makam Pahlawan Teungku Chik Dikila, Kulik Sejarah Sambut Kemerdekaan
Wisata sejarah Traveler Muda Abdya sambil menikmati panorama dan keindahan alam Gunung Kila yang menakjubkan. | Foto Reza Fadhlian
Untuk penyebutan Gunung Kila sendiri, lebih dikarenakan di kawasan Gunung dengan spot bukit berjajar serta dikelilingi oleh bibir sungai itu, terdapat sebuah makam seorang pahlawan, yaitu Teungku Chik Dikila.

Laporan Reza Fadhlian

ACEHSATU.COM | BLANGPIDIE – Hawa sejuk dengan udara segar langsung terasa sesaat setelah menginjakkan kaki di kawasan Gunung Kila, kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Dataran tinggi yang masih tampak asri dengan hamparan alam menakjubkan dan perpaduan percikan suara air mengalir bersama pepohonan yang memanjakan mata.

Perjalanan bersama sejumlah traveler muda Abdya ke Gunung Kila kali ini bertepatan dengan momentum hari kemerdekaan Indonesia yang pada 17 Agustus 2020 ini genap dirayakan 75 tahun.

Untuk penyebutan Gunung Kila sendiri, lebih dikarenakan di kawasan Gunung dengan spot bukit berjajar serta dikelilingi oleh bibir sungai itu, terdapat sebuah makam seorang pahlawan, yakni Teungku Chik Dikila.

Artinya, perjalanan ditempuh para pemuda ini tak hanya sekedar untuk menikmati keindahan alamnya yang memang tiada duanya. Momen tersebut juga menjadi ajang melakukan ziarah terhadap sosok pahlawan asal Abdya, Teungku Cik Dikila, yang dilakukan langsung ke makamnya.

Bagi penikmat wisata sejarah, Gunung Kila sangat cocok untuk dikunjungi. Selama perjalanan menuju makam Teungku Cik Dikila kita akan menikmati air sungai yang jernih dan tampak segar karena langsung dari mata airnya.

Jika dibandingkan dengan spot wisata pegunungan lain di Aceh, Gunung Kila memang masih kalah pamor. Namun untuk suguhan keasrian dan keindahan alamnya, Gunung Kila dijamin dapat memanjakan mata siapa pun yang sudi menjajal keindahan beberapa bukit yang berjajar serta dikelilingi oleh bibir sungai.

Perjalanan menuju Makam

Untuk menuju ke Makam Teungku Dikila, memerlukan waktu tempuh sekitar 3 hingga 4 jam dari kota Blangpidie. Tentu perjalanan pendakian ke Gunung Kila tidak sepenuhnya dapat dilakukan menggunakan kendaraan.

Perjalanan menggunakan motor atau mobil hanya dapat dilakukan dari pusat kota Blangpidie ke titik akses yaitu di sebuah bangunan Irigasi yang bisa ditempuh dalam waktu tak sampai 10 menit.

Di lokasi ini adalah titik pemberhentian kendaraan. Selanjutnya, sisa perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi Anda tak perlu khawatir, rasa lelah akan terbayar penuh dengan suguhan takjub yang tersedia di sepanjang perjalanan.

Kawasan irigas, titik awal pendakian menuju Makam Teungku Chik Dikila.

Di titik penghentian kendaran ini saja, Anda akan lebih dulu disuguhi pemandangan sungai dengan bangunan irigasinya, yang keindahannya dijamin bisa menjadi ‘rangsangan’ tersendiri untuk memaksa Anda melanjutkan perjalanan.

Selama menempuh perjalanan menuju Makam Teungku Dikila, kicauan berbagai jenis satwa unggas seakan menyambut setiap langkah yang Anda ayunkan. Beberapa kali rombongan trpaksa harus berhenti hanya untuk menerka-nerka kicauan burung apakah yang begitu merdunya.

Sesampainya di lokasi, tentu suasana dirasakan berbeda pula. Apalagi di makam tua itu itu terbaring jasad seseorang yang pernah punya andil besar dalam memperjuangkan kemerdekaan yang saat ini masih kita nikmati.

Begitulah perjalan syahdu ke Makam Teungku Chik Dikila. Perjalanan yang diawali dengan kesempatan menikmati panorama dan keindahan alam yang belum ada duanya.

Perjalanan yang tidak hanya sekedar mengeksplor alam daerah sendiri, tetapi sembari mengenang dan mengenal, sekaligus memperkenalkan sejarah dan budaya daerah.

Nah, tunggu apalagi, ayo segera tentukan waktu untuk ngetrip bareng teman-teman. Pokoknya kawasan Gunung Dikila recomended banget deh. Sebab bukan hanya bisa menikmati alamnya, tapi kalian juga bisa mengulik sejarah sosok pahlawan yang dimakamkan di gunung itu. (*)