GELOMBANG penolakan pengungsi Rohingya kembali terjadi di Aceh. Kasus terbaru, aksi penolakan itu justru muncul setelah puluhan Rohingya diselamatkan dari kapal mereka yang terbalik di lepas pantai Aceh.
Penolakan warga terhadap Rohingya ini disampaikan oleh perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Aceh pada Rabu (27/3/2024).
Dilansir AFP, Kamis (28/3/2024), penolakan warga terhadap Rohingya ini disampaikan oleh perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Aceh pada Rabu (27/3).
Para pengungsi Rohingya tertahan di kapal yang mengangkut mereka setelah masyarakat setempat menolak kehadiran mereka di Pineung, Provinsi Aceh, Kamis (16/11/2023). AFP/AMANDA JUFRIAN
Keberadaan etnis yang dipersekusi di Myanmar itu dikatakan telah menyulut kemarahan warga Aceh.
Sejumlah warga dilaporkan menghalau kapal-kapal Rohingya ke lautan. Ada pula warga yang mencoba menggeruduk tempat penampungan mereka pada beberapa bulan terakhir ini.
Yang selamat dari kecelakaan kapal terbalik kini telah dipindahkan dari lokasi penampungan sementara di kantor Palang Merah Aceh Barat.
Namun, puluhan orang kemudian menggeruduk penampungan itu Selasa (26/3) lalu. Mereka ingin orang-orang Rohingya itu pergi.
Kenapa para pengungsi Rohingya nekat lari dan Aceh jadi tujuan?
Aceh menjadi tujuan sementara ribuan pengungsi Rohingya sejak mereka menjadi korban dalam kekerasan militer Myanmar pada Agustus 2017.
Mereka hanya transit sementara, sambil menunggu penempatan di negara ketiga oleh UNHCR.
Saat itu, para pengungsi mendarat dengan aman di pantai utara dan timur Aceh.
Bahkan, ada nelayan Aceh yang rela menjemput pengungsi dari tengah lautan untuk diselamatkan.
Namun sejak beberapa bulan lalu, narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya menyebar tak terbendung.
Hingga menembus ruang logika dan relung kemanusiaan kita.
Padahal ini adalah salah satu episode tragedi kemanusiaan paling memilukan yang dialami pengungsi Rohingya.
Seorang pria memberikan minum kepada pengungsi Rohingya yang tiba dengan berenang dari kapal yang mengangkutnya di Pineung, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Kamis (16/11/2023). AFP/AMANDA JUFRIAN
Kemanusiaan kita memang sedang sesak dengan penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza.
Tapi tragedi Rohingya ini ada di depan mata kita.
Bagaimana mungkin tragedi tidak menyentak relung kemanusiaan kita.
Status Palestina dan Rohingya tak jauh beda.
Jika warga Palestina belum punya negara merdeka, status warga Rohingya juga tak diakui oleh negara mana pun. Mereka adalah warga tanpa status kewarganegaraan (stateless).