Tim BTKLPP Kelas I Medan Ambil Sampel Darah Sejumlah Warga Bireuen di Malam Hari untuk Pemeriksaan Kaki Gajah

Kegiatan tersebut merupakan Lanjutan program nasional Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) penyakit kaki gajah di daerah endemis dari tahun 2015 s/d 2019 termasuk Bireuen.
Merinda MKes dari tim Pre Tas BTKLPP kelas I Medan, didampingi Kasi P2PM Dinkes Bireuen, Mulyadi, Keuchik Cot Keutapang Mulyadi Andip, Babhinsa dan petugas terkait, memberi keterangan kepada ACEHSATU.COM, Jumat (18/09/2020) malam.

ACEH SATU.COM | BIREUEN – Tim Pre Tas dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) kelas I Medan, turun ke tiga desa sasaran di Kabupaten Bireuen untuk survei kaki gajah dan ambil sampel darah masyarakat.

Kegiatan tersebut merupakan Lanjutan program nasional Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) penyakit kaki gajah di daerah endemis dari tahun 2015 s/d 2019 termasuk Bireuen.

Tim Pre TAS, Merinda Mkes Mengatakan, Pengambilan sampel waktu malam itu dilakukan agar hasil pemeriksaan sampel darah lebih maksimal untuk mendeteksi cacing penyebab kaki gajah, yang beredar di darah tepi (ujung jari-red) di malam hari mulai pukul 22:00 WIB sampai 02:00 WIB.

Lebih lanjut Merinda MKes mengatakan, Tim Pre TAS, Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal P2P, BTKLPP kelas I Medan, saat turun ke lokasi didampingi Kasi P2PM Dinkes Bireuen, Mulyadi, Keuchik Cot Keutapang Mulyadi Andip, Babhinsa Jeumpa Sertu Safriadi, dan petugas terkait lainnya.

“Dalam kegiatan pengambilan sampel darah malam kedua di Meunasah Cot Keutapang, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, Jumat (18/09/2020) tengah malam diperoleh 65 sampel darah warga,” Ujar Merinda.

“Sedangkan dua desa sasaran lainnya di Bireuen yaitu Uteun Raya Kecamatan Peusangan Selatan, sudah dilaksanankan pada Senin-Selasa (14-15/09/2020) malam diperoleh 70 sampel darah warga sedangkan di Desa Juli Pase, Kecamatan Juli digelar pada Rabu-Kamis (16-17/09/2020) malam, sebanyak 130 sampel darah warga sudah diambil,” jelasnya.

Dihadapan tim dan Keuchik Cot Keutapang, Merinda menjelaskan, untuk Aceh survei Pre TAS selain Bireuen, juga sudah dilakukan di Kota Subussalam awal Agustus lalu dan mendapat sambutan yang sangat antusias dari masyarakat setempat. Sedangkan di Aceh Tamiang awal September lalu dan setelah di Kabupaten Bireuen Tim Pre Tas akan melakukan pengambilan sampel di Aceh Utara awal Oktober 2020.

Lanjutnya, untuk melakukan survei masa pandemi ini tidak sembarangan turun dan tetap koordinasi dengan berbagai pihak juga perangkat desa. Bireuen ini daerah endemis artinya ada wabah disini, dan di Indonesia sudah ada 235 kabupaten yang endemis, salah satunya Bireuen.

“Jadi kaki gajah ini menular maka dibilang wabah, yang menularkannya nyamuk dan kegiatan ini adalah lanjutan sebelumnya, di daerah endimis seluruh masyarakat wajib minum obat selama lima tahun dan sudah dilakukan pengobatan dibulan Oktober satu kali minum obat kaki gajah,” Jelas Merinda.

Dikatakannya, Kalau cakupannya minum obatnya bagus, Kemenkes terima laporan dari daerah, juga sebelum tim turun melakukan survei ada syarat yaitu cakupan minum obat tinggi 65 persen ke atas, koordinasi dengan desa dan desanya dipilih oleh Dinkes Bireuen.

Lanjutnya, sebelum dilakukan survei oleh tim sebelumnya sudah ada desa yang ditetapkan sentinal atau desa yang sudah ada kasus ditemukan dulu, dan datanya tidak bisa berubah.

Untuk desa sentinal itu salah satu di Desa Cot Keutapang dari hasil survei tahun 1978 silam, dan saksi hidup juga korban penderitanya juga masih ada sekarang ini, terang Merinda yang dibenarkan Keuchik Cot Keutapang Mulyadi Andip.

“Jadi setelah 5 tahun diobati, kita harus melakukan evaluasi bagaimana apakah sudah minum obat. Tandanya warga ada minum obat kita periksa darah sekarang, kalau sudah negatif berarti itu betul-betul obatnya diminum,” ujarnya.

Tapi kalau masih ditemukan kasus, bisa banyak kemungkinan berartikan dia tidak minum obat atau pergi ketempat lain dan tertular. Kalau dia dinyatakan lulus, apabila tidak ditemukan cacing dibawah 1 persen dari sampel kami.

“Sampel kami harus ada 330 untuk satu desa santinel tadi, juga ada solcek juga butuh 330 totalnya 660 sampel, jadi jika masih ada ditemukan 7 orang penderita berarti kita gagal dan harus minum obat,” kata Merinda.

Inilah gunanya dilakukan pemeriksaan sampel darah, apabila masih ada yang positif jadi cepat bisa diberikan obatnya dan sampel darah ini dibawa ke BTKLPP kelas 1 Medan sebagai UPT Kemenkes RI, untuk dilakukan pemeriksaan.

“Malam ini terakhir hasil hanya 45 persen, pemeriksaan ini kami lakukan adalah untuk masyarakat Bireuen, agar Bireuen bebas kaki gajah dan untuk kita dapat sama-sama bersinergi,” tutur Merinda dan berharap media berperan menyampaikan hal ini agar dapat dipahami masyarakat.

Keuchik Cot Keutapang Mulyadi Andip juga mengatakan, kegiatan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan penyakit kaki gajah itu dilakukan dua malam, dan diharapkan penanganannya dapat terus berkelanjutan agar masyarakat desanya terbebas dari penyakit menular itu. (*)