https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Umar Sholahudin/Foto: Dok. Pribadi

ACEHSATU.COM Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Umar Sholahudin berjanji memberikan nilai A pada mahasiswanya yang ikut demo menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law.

Kepada detikcom, Umar juga mengaku ikut demo di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya.

“Tadi saya masih di kampus tapi teman-teman mahasiswa sudah di TKP, teknisnya saya suruh mahasiswa untuk kirim foto dan video bersama teman-teman saat aksi, sebagai bukti materil bahwa ada di TKP. Tapi tanggung jawab saya, saya sekaligus memantau ke TKP di Grahadi,” kata Umar, seperti dilansir detik.com, Kamis (8/10/2020).

Umar mengatakan, tugas kepada mahasiswa ini diberikannya bukan tanpa alasan. Dia menyebut ada sejumlah hal yang penting sebagai bahan praktik mahasiswa di lapangan.

“Saya ingin motivasi mahasiswa agar memiliki sensitivitas daya kritis, kritik-kritik terhadap persoalan masyarakat terutama UU Cilaka ini,” ungkap Umar.

Namun, mahasiswa yang mengikuti demo tak serta merta mendapatkan nilai A. Umar menyebut ada teknis yang wajib dilakukan mahasiswa seperti mengikuti mata kuliah reguler, hingga ikut UTS dan UAS.

“Teknis nilai itu memotivasi mahasiswa, namun kuliah reguler itu tetap, UTS dan UAS tetap. Itu sebagai sarana laboratorium politik bagi mahasiswa, agar ia setidaknya menerapkan apa yang sudah saya sampaikan atau yang didiskusikan dalam forum kuliah,” papar Umar.

“Kalau selama ini kan kuliahnya masih daring. Sehingga saya memotivasi mereka ikut berpartisipasi dalam menolak undang-undang celaka ini karena banyak yang ada dalam undang-undang ini,” lanjutnya.

Umar menambahkan dalam demonstrasi ini ada banyak pelajaran yang bisa dipetik mahasiswa. Selain memupuk solidaritas, Umar menyebut keterlibatan mahasiswa ini sebagai tanggung jawab moral untuk menyuarakan pendapat dan membela kaum yang lemah.

“Yang ketiga ini kan sebagai tanggung jawab moral, sekaligus wujud solidaritas bagi mereka. Agar memang hal ini bisa dianggap secara serius. Karena RUU Cilaka ini tak hanya berdampak pada buruh, tapi juga sektor lain. termasuk mahasiswa kalau dia lulus menjadi pekerja atau karyawan dia akan kena sehingga mereka terlibat dalam ini,” lanjut Umar.

Tak hanya itu, Umar juga memaknai turunnya mahasiswa dalam aksi demonstrasi sebagai implementasi dari Kampus Merdeka yang dicanangkan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Hal ini untuk memupuk kepekaan mahasiswa.

“Saya kira ini sebagai implementasi dari Kampus Merdeka. Yang diajarkan oleh Pak Menteri kita. Sehingga belajar tidak harus di kelas secara reguler. Sehingga harus belajar dengan lingkungan sosialnya sehingga dia memiliki kepekaan sosial, kepekaan politik dan kepekaan yang lain,” jelas Umar.

“Ini salah satu laboratorium bagi mahasiswa FISIP. Dulu saya alumni Fisip Unair juga begitu, praktiknya ya demo, tapi di dalam kampus. Sehingga dia bisa memahami. Mahasiswa tak hanya pintar di kelas tapi kita hadapkan persoalan real di masyarakat, sehingga itu adalah sebuah pembelajaran yang bermakna,” tambahnya.

Kendati demikian, Umar tetap mengingatkan mahasiswanya untuk mentaati protokol kesehatan saat turun jalan.

“Menjaga jarak dan memakai masker wajib dilakukan saat aksi turun jalan,” lanjutnya.

Sebelumnya, posting-an Umar di Facebook menjanjikan nilai A untuk mahasiswa yang ikut demo UU Cipta Kerja sempat viral. “Janji saya. terus bergerak..jangan kasih kendor. Terima kasih mhs ku yg ikut gabung bersama Buruh tolak UU Cilaka. Sebuah pembelajaran politik yg penuh makna. Saya wajib Ganjar kalian dgn nilai A. Selamat sy angkat topi setinggi2nya.???,” tulis Umar. (*)