Stigma “Virus China”
Dua hari yang lalu, Yayasan Buddha Tzi Chu asal Kota Medan mendatangi Rumah Sakit Umum (RSU) Abdul Azis, bermaksud memberikan bantuan Alat Perlindungan Diri (APD) tenaga medis.
Namun kehadiran mereka di tolak dengan alasan tidak ada izin alias surat kesehatan bebas Covid-19 memasuki wilayah Aceh.
Warga cemas khawatir orang-orang dari Buddha Tzi Chu yang identik dengan orang china akan membawa virus Corona yang belum memiliki obat ini. Secara kebetulan, Amat Leumbeng mantan panglima GAM Asahan yang juga Wakil Ketua Komisi C DPRK Aceh Timur Fraksi Partai Aceh berada di RSU sehingga mempertanyakan izin menyalurkan APD ke RSU tersebut, terlebih yang bersangkutan berasal dari wilayah zona merah.
Cekcokpun nyaris terjadi, dengan bahasa santun digambarkan Direktur RSU Direktur RSUD Sultan Abdul Azis Syah Pereulak, Aceh Timur, dr. Darma Widya sebagai bentuk miskomunikasi karena mereka datang tidak memiliki surat bebas Covid-19.
Penolakan orang yayasan Buddha Tzu Chi tidak lepas dari stigma virus corona berasal dari negara China tepatnya di Wuhan sehingga berimbas terhadap etnis tiongha ini, baik berada diluar negeri maupun di dalam negeri meskipun nenek mereka lahir dan besar di Indonesia. Sehingga semua yang berkaitan dengan etnis ini dipersepsikan negatif meskipun mereka memberikan bantuan dalam bentuk kepedulian kemanusiaan.
Penolakan bantuan dari yayasan Buddha Tzu Chi ini memang bukan kali pertama terjadi, sebelumnya juga pernah terjadi di Pidie Jaya, Aceh, ketika mereka ingin membantu pembangunan Gedung Kampus Akademi Komunitas negeri (AKN) beberapa waktu lalu
Seharusnya yang namanya orang membantu, kita harus menyambut baik, terlebih negeri ini dilandasi nilai-nilai religius yang menghargai tamu sebagai bentuk kemuliaan.
Jikapun ada kekurangan dalam proses penyaluran tersebut, tentu kita sarankan ke depan agar di musyawarahkan dengan pemangku kepentingan pemerintahan setempat. Tidak serta merta kita tolak, seakan negeri ini hebat bahkan nyaris terkesan anti terhadap orang-orang ini.
Bantuan apapun, jika itu maksud baik tanpa embel-embel apapun, kita harus membuka tangan, bukankah ini ajaran endatu Aceh.
Disisi lain warga ada benarnya, kecemasan mereka harus dinilai sebagai bentuk kepedulian melindungi daerah ini agar bebas dari paparan Covid-19 sehingga tidak sembarang orang apalagi dari zona merah masuk wilayah Aceh tanpa ada surat bebas Covid-19.
Untuk itu kita harapkan kedepan, Yayasan Buddha Tzi Chu ketika memberikan bantuan lagi ke Aceh agar melengkapi dokumen diri, barang dan lainnya dengan baik serta melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Kita anjurkan juga kedepan, bantuan cukup disalurkan dan diterima ditingkat pemerintah kabupaten, tidak harus road show ke Puskesmas, biarlah Dinkes yang akan menyalurkan ke pihak Pukesmas. Semoga saja kedepan tidak terjadi penolakan bantuan di tanah rencong ini.*