Setelah Vonis Irwandi

Setelah Vonis Irwandi

HUBUNGAN atas nama politik memiliki ragam makna. Hubungan baik dalam politik tentu dibangun atas kesamaan kepentingan Sejarah tentang politik dan kekuasaan tak henti-hentinya diperbincangkan. Kata itu acap kali jadi guyonan, sindiran, cemoohan dan cacian, tapi juga pujian. Dan hubungan politik yang baik, tak henti-hentinya diperbincangkan dalam sejarah. Seperti dalam buku Bustanus Salatin, karya Nuruddin ar-Raniri … Read more

HUBUNGAN atas nama politik memiliki ragam makna.

Hubungan baik dalam politik tentu dibangun atas kesamaan kepentingan

Sejarah tentang politik dan kekuasaan tak henti-hentinya diperbincangkan.

Kata itu acap kali jadi guyonan, sindiran, cemoohan dan cacian, tapi juga pujian.

Dan hubungan politik yang baik, tak henti-hentinya diperbincangkan dalam sejarah.

Seperti dalam buku Bustanus Salatin, karya Nuruddin ar-Raniri di Aceh abad ke-17.

Kisahnya seakan ingin menggambarkan bahwa kekuasaan tak bisa dilepaskan dari perilaku yang secara sosial dianggap “baik”.

Tapi pemaknaan politik tak pernah kunjung selesai.

Ia tak berhenti pada satu kasus.

Apalagi di zaman ini, rasanya sangat muskil memaknai politik dan kekuasaan seperti impian Negara Madinah; kebersamaan yang “dipertalikan cinta kasih”, “bergandengan dan bertahan melalui keadilan dan tindak keadilan”.

Setelah Vonis Irwandi
Karikatur @Acehsatu.com

Seperti yang ditulis oleh Gunawan Muhammad; politik itu lahir dari proses menyusun distribusi posisi dan kekuasaan.

Dalam sebuah ruang dan waktu, dua hal itu tersedia terbatas. Tak semua orang mendapatkannya, atau mendapatkannya dengan kepuasan yang tetap. Mau tak mau berkecamuk persaingan, desak-mendesak, konflik juga intrik.

Cerita tentang kekuasaan ini tak jauh beda di belahan bumi mana pun.

Seperti politik yang terjadi dalam Pemerintahan Irwandi-Nova di Aceh saat ini.

Konsensus politik yang terjadi membuat hubungan “baik” keduanya mengalami pasang surut.

Makna politik memang tak bisa dipisahkan dengan janji petai-hampa, senyum yang diperhitungkan, salam yang dicari efeknya, dan rangkulan yang tak ikhlas.

Hubungan politik kedua orang yang berkuasa ini terus mengalami titik nadir.

Hingga kini.

Apalagi setelah Irwandi dihempas badai suap yang mengantarnya ke balik jeruji besi.

Dari dalam bilik penjara, ia melihat orang yang pernah dipercayainya menggantikan kursi kekuasaannya.

Duduk di singgah sana dengan gagahnya.

Tapi hubungan keduanya tidak seperti yang digambarkan dalam buku Bustanus Salatin.

Kekuasaan dan kepentingan politik telah mengubah hubungan keduanya.

Hubungan yang dibangun atas kepentingan-kepentingan kekuasaan.

Layaknya membangun rumah di di atas pasir.

Hempasan ombak merubuhkan semangat persatuan.

Dan sejarah turut mencatat.

Hubungan yang dibangun di atas kepentingan politik tak pernah berujung. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.