ACEHSATU.COM – Pangkal jurnalisme adalah pengisahan sebuah cerita. Orang yang mengetahui bersedia berbagi informasi kepada orang lain yang ingin tahu.
Itulah akar jurnalisme.
Jurnalisme sudah terjadi sejak manusia purba (manusia yang hidup di gua-gua), mereka duduk mengelilingi api unggun dan saling bercerita tentang perburuan mereka yang telah mereka lakukan kemarin. Informasi ini nanti dipahami oleh orang lain.
Sekarang ini, konsep seperti itu masih berlaku, meskipun prosesnya semakin kompleks. Ketika kita jalan-jalan dipasar dan menemukan informasi harga bahan pokok dan berbagai macam iklan-iklan produk.
Begitu pula saat membuka televisi kita disuguhkan dengan berita-berita terbaru dan hiburan. Sementara radio selalu menyiarkan informasi-informasi seputar kegemaran anak muda dalam bidang olah raga, dan masih banyak lagi lainnya.
BACA:Â VIDEO Dua Ekor Harimau Sumatera Terekam Kamera Jurnalis Warga
Kita juga bisa mendapatkan berbagai berita dari koran-koran lokal dan internasional yang setiap hari dituliskan oleh wartawan profesional media massa. Atau kita menjelajahi internet dan melihat banyak hal di media ini.
Dalam jagad pers dan jurnalisme. Koran mengawali revolusi komunikasi massa, dan hingga sekarang kekuatan tulisan ini masih tetap utuh. Kendatipun saat ini mendapatkan saingan dari media lain, bahkan sejak dulu. Namun koran tetap kuat dan akan terus bertahan.
Sebagai media massa, koran telah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan dunia. Koran berkembang menjadi industri informasi yang menghasilkan pengetahuan, uang, kedamaian, dan lapangan kerja.
Industri kreatif ini telah bertahan hampir lebih kurang selama 20 abad lamanya. Perjalanan koran sebagai industri pers mewarnai evolusinya dari waktu ke waktu. Meskipun lapangan kerja di media cetak agak muram belakangan ini.
Di jaman modern seperti sekarang, jurnalisme semakin berorientasi global, seiring dengan semakin besar pula kesadaran global yang dimiliki oleh setiap setiap orang. Berbagai informasi yang bersifat lintas negara selalu ramai dan sangat diminati para pembaca.
BACA:Â BREAKING NEWS: Dandhy Laksono Jurnalis Sexy Killers Ditangkap Polisi
Meskipun demikian media pers lokal juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Berbagai medium pers muncul dengan ciri khas masing-masing daerah. Hal ini menandakan bahwa pers masih tetap ada tempat di hati masyarakat dan berfungsi sebagai media komunikasi publik.
Laju perkembangan pers dan dunia jurnalistik di Indonesia menanjak naik dengan cepat. Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi dan internet semakin menggerek kuantitas jurnalisme hingga tumbuhnya generasi-generasi baru dalam bidang pers.
Ketertarikan orang-orang untuk masuk dan menekuni pekerjaan bidang penulisan berita, opini, dan ulasan berbasis pers semakin serius ketika mereka mengetahui bahwa profesi jurnalis ternyata sangat menjanjikan dan dapat memberi kompensasi besar. Kompensasi dalam beragam bentuk dan ia bukan hanya uang atau materi.
Dengan begitu mereka terdorong untuk memanfaatkan medium jenis internet sebagai wadah menyalurkan fungsi jurnalisme.
Paling kurang adalah pengguna media sosial telah melaporkan hasil pengamatan atau pemikiran mereka dalam produk jurnalistik.
BACA:Â Institute of Journalism and Media Buka Peluang Beasiswa Kursus Jurnalisme Bagi Pelajar Aceh
Meskipun mereka tidak mengatakan diri sebagai jurnalis, namun tulisan mereka telah menunjukkan ciri-ciri itu.
Sebagai negara demokrasi, fenomena tersebut tentu saja sangat baik dan positif bagi bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya literasi jurnalisme, maka semakin memberikan keuntungan bagi penguatan sistem demokrasi Indonesia.
Hal terpenting dari pembahasan kita adalah agar pers memiliki peran nyata dalam menjaga dan mengawal demokrasi yang sehat. Pekerja media senantiasa menjadi kode etik profesi dan mengindahkan etika dalam menghasilkan karya jurnalistik.
Secara umum, jurnalis mengikuti kode etik yaitu seperangkat prinsip moral untuk menjamin kebenaran, kejujuran, akurasi, objektivitas, dan akuntabilitas.
Nah menurut Anda bagaimana penerapan etika dalam konteks pers Indonesia diantara kepentingan demokrasi, politik, bisnis media, dan kebebasan jurnalisme? Pendapat saya, dunia pers Indonesia masih belum sepenuhnya dapat dipercaya seperti percayanya kita kepada kebenaran. (*)