ACEHSATU.COM – Polisi Polisi telah mengumumkan hasil penyelidikan kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
Dalam penyelidikan ini, polisi menyimpulkan kematian Yodi Prabowo akibat bunuh diri.
Polisi menyebutkan sejumlah fakta sebelum menarik kesimpulan tersebut.
Kesimpulan itu didapatkan setelah polisi melakukan investigasi dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada disertai olah tempat kejadian perkara (TKP).
Dikutip dari Tempo.co, namun keluarga Yodi Prabowo menilai sejumlah kejanggalan dalam fakta-fakta yang disampaikan polisi.
1. Fakta polisi bahwa Yodi disebut alami depresi, dibantah oleh Suwandi, ayah Yodi. Ia menyatakan sebelum berangkat bekerja pada Selasa, 7 Juli 2020, anaknya itu masih membelikan makan untuk adiknya. Dan almarhum sempat tertawa ketika melihat adiknya kepedasan saat menyantap makanan yang dibelinya.
“Ya ada yang janggal aja, kata polisi kan anak saya depresi lalu bunuh diri, kalau depresi itu mana mungkin kerja bisa fokus, mana bisa edit video. Sedangkan anak saya menyelesaikan kerjaannya, masih masuk kerja,” kata Suwandi Ayah dari Yodi, Sabtu 25 Juli 2020. Adapun Yodi pada hari tersebut masuk shift sore, yakni pukul 15.00-22.27.
Turinah, ibu Yodi juga menambahkan bahwa putranya tidak pernah terlihat depresi. “Karena kalau ada masalah, pasti cerita sama saya, seberat apapun.”
2. Fakta polisi bahwa pisau yang dibeli Yodi di Ace Hardware pada 7 Juli 2020, yang digunakan untuk menikam diri, disebut janggal oleh Turinah, ibunya. Ia mengatakan bahwa kalau bunuh diri itu tidak mungkin tusukannya banyak, seperti beberapa tusukan di dada dan ada yang di leher.
“Menurut bapaknya juga helm yang digunakan Yodi tidak ada bekas bercak darahnya, sampai maskernya pun tidak ada darah, hanya ada di tempat lukanya dia. Itu yang mengganjal menurut saya,” imbuhnya. Adapun ayah Yodi, Suwandi, ikut ke TKP saat penemuan jenazah anaknya.
Seperti diketahui, polisi menyebutkan bahwa di tubuh Yodi ditemukan 4 luka tusukan dangkal di bagian dada dan leher. Luka dangkal itu akibat Yodi mencoba menusuk tubuhnya sendiri dengan pisau dapur.
Barang bukti kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo ditampilkan dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu, 25 Juli 2020. Kasus kematian Yodi disimpulkan sebagai kasus bunuh diri berdasarkan temuan barang bukti dan olah TKP di tempat ditemukannya jenazah. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
3. Fakta bahwa jasad Yodi saat ditemukan di pinggir Tol JORR Ulujami pada 10 Juli 2020, tidak memakai seragam tapi hanya pakai baju dalaman. Turinah mengatakan bahwa seragam kerja berlogo Metro TV sudah dilipat kecil dan dimasukkan ke tas selempang yang dibawa Yodi. Padahal menurutnya, kalau berangkat ke kantor dan pulang ke rumah, Yodi pasti mengenakan seragam.
“Di rumah saja, baju dia berantakan suka dilempar-lempar, enggak mungkin dilipat-lipat. Kalau pulang kerja, baju dilempar ke mesin cuci. Makanya saya enggak percaya banget kok ini rapi banget skenarionya, bisa kayak sudah direncanakan,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus memastikan pihaknya tidak akan menghentikan penyidikan kasus bunuh diri Editor Metro TV Yodi Prabowo.
Sebab, kata Yusri, pihaknya masih menunggu kemungkinan ada temuan baru dari kasus tersebut. “Apakah kemungkinan lain ada informasi yang akurat bisa saja,” kata Yusri.
Ia mengatakan polisi masih membuka diri ihwal kemungkinan adanya informasi dari masyarakat yang masuk. (*)