Rimbawan Aceh Sebut Penyelamatan Hutan Semakin Berat di Tengah Persoalan Ilegal Loging yang Merempuni

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Di tengah persoalan maraknya Ilegal Loging (pembalakan liar) yang sepertinya tidak kunjung selesai, maka dari itu Kalangan rimbawan di Provinsi Aceh menyebutkan tantangan konservasi dan penyelamatan hutan semakin berat. Salah satu anggota Rimbawan Aceh, Badrul Irfan mengatakan “Tantangan konservasi penyelamatan hutan dan lingkungannya kini semakin berat. Tantangan tidak hanya dari … Read more

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Di tengah persoalan maraknya Ilegal Loging (pembalakan liar) yang sepertinya tidak kunjung selesai, maka dari itu Kalangan rimbawan di Provinsi Aceh menyebutkan tantangan konservasi dan penyelamatan hutan semakin berat.

Salah satu anggota Rimbawan Aceh, Badrul Irfan mengatakan “Tantangan konservasi penyelamatan hutan dan lingkungannya kini semakin berat. Tantangan tidak hanya dari diri sendiri tetapi juga faktor lainnya,” Kamis, (17/3/2023).

Tantang tersebut, menurut Badrul, di antaranya persoalan kerusakan hutan akibat praktik ilegal. Kerusakan hutan juga telah menyebabkan habitat satwa terganggu. Gangguan tersebut juga menyebabkan sumber makanannya berkurang.

“Inilah yang membuat tugas dan tantangan rimbawan semakin berat. Apalagi risikonya terhadap keselamatan jiwa juga tinggi. Terkadang orang berpikir menjadi seorang rimbawan merupakan kegiatan yang mudah,” sebut Badrul.

Badrul sendiri mulai menjadi seorang rimbawan pada tahun 1992 setelah bergabung menjadi mahasiswa pencinta alam di Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (UKM PA) Leuser Universitas Syiah Kuala (USK).

Saat itu Badrul muda, banyak bertualang menjelajahi kawasan hutan dan mendaki gunung. Pada saat itu juga, menjadi pencinta alam hanya berpikir untuk kepuasan batin dan ketenangan jiwa

Namun, setelah itu Badrul berpikir mengapa tidak bekerja lembaga lingkungan, bisa bekerja sekaligus bisa memenuhi hobi keluar masuk kawasan hutan. 

“Akhirnya, pada tahun 1998 saya bekerja di sebuah lembaga lingkungan. Tugasnya, menyelamatkan lingkungan, di antaranya hutan dan ekosistemnya,” kata Badrul Irfan.

Menyangkut suka dukanya, kata Badrul, sukanya merasa bahagia dan batin terpuaskan saat berada di kawasan hutan. Apalagi, kawasan hutan tersebut belum terjamah tangan manusia.

Sedangkan dukanya begitu banyak, sebut Badrul, seperti melihat kerusakan hutan oleh penebangan liar, adanya kematian satwa, pemburuan sumber makanan satwa seperti babi dan rusa, maupun hal lainnya.

Baca Juga: Aktivis Geruduk Kantor PN Suka Makmue, Tuntut Eksekusi Kallista Alam! 

“Dari sekian duka, yang paling saya sesalkan adalah kawasan hutan menjadi tempat wisata yang kebersihannya tidak dijaga. Begitu juga dengan jalur pendakian yang jadi wisata, banyak sampah,” ujar Badrul lagi.

Kini, usia Badrul sudah tidak muda lagi. Ia pun sudah tidak lagi turun ke lapangan.

Pekerjaan konservasi lebih berkutik pada regulasi seperti menelaah perizinan yang diberikan pada kawasan yang bersentuhan dengan hutan.

“Apa yang saya lakukan juga bagian dari konservasi, walau tidak lagi langsung turun ke rimba. Penyelesaian masalah perizinan dalam kawasan hutan juga memiliki tantangan tersendiri,” sebut Badrul Irfan.

Kendati sudah jarang keluar masuk rimba, Badrul Irfan  juga banyak mengajak orang menjadi rimbawan, menjaga alam dan lingkungannya.

Semakin banyak orang menjadi rimbawan, maka semakin banyak pula orang yang menjaga lingkungan.

“Menjadi rimbawan itu panggilan hati dan kini menjadi profesi. Bekerja sekaligus menyelamatkan hutan dan lingkungan yang diwariskan kepada generasi mendatang,” demikian tutup salah seorang Rimbawan Aceh, Badrul Irfan.

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.