https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Foto: Ilustrasi Banda Aceh (Agus Setyadi-detikcom)

ACEHSATU.COM Provinsi Aceh mengalami deflasi 0,10 persen pada September. Penyumbang terbesar deflasi di antaranya telur ayam ras dan udang basah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Kamis (1/10/2020), harga berbagai komoditas pada September lalu secara umum mengalami penurunan. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 104,72 pada Agustus menjadi 104,62 pada September.

Kepala BPS Aceh Ihsanurrijal, mengatakan, deflasi yang terjadi di Aceh karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,49 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,01 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,04 persen.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi di antaranya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen, kelompok transportasi sebesar 0,18 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,66 persen dan lainnya.

“Pada bulan September di Kota Meulaboh terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, Kota Banda Aceh deflasi sebesar 0,32 persen, dan Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,24 persen. Secara agregat, Aceh (gabungan 3 Kota) pada bulan September mengalami deflasi sebesar 0,10 persen,” kata Ihsanurrijal dalam konferensi pers, Kamis (1/10)

Ihsanurrijal menjelaskan, beberapa komoditas yang memiliki andil besar terhadap deflasi antara lain: telur ayam ras sebesar 0,07 persen; udang basar sebesar 0,05 persen; semangka, emas perhiasan, ikan tongkol/ikan ambu-ambu masing-masing sebesar 0,03 persen. Dia menyebutkan, dari 11 kelompok pengeluaran 2 di antaranya memberikan andil deflasi, 2 kelompok memberikan membuat inflasi.

“Tujuh kelompok tidak memberikan andil/sumbangan terhadal inflasi atau deflasi,” ujarnya.

Menurut Ihsanurrijal, dari 24 kota di Pulau Sumatera yang dipantau harganya pada September, 13 kota mengalami inflasi dan 11 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Gunungsitoli sebesar 1,00 persen dan terendah di kota Pekanbaru sebesar 0,01 persen.

“Deflasi tertinggi terjadi di kota Banda Aceh, dan kota Tanjung Pinang masing-masing sebesar 0,32 persen. Deflasi terendah terjadi di kota Bukittinggi sebesar 0,01 persen,” ujarnya. (*)