Pengelolaan Peternakan Sapi Milik Pemprov Buruk, Sapi Kurus dan Ada yang Mati

Pengelolaan Peternakan Sapi Milik Pemprov Buruk, Sapi Kurus dan Ada yang Mati ACEHSATU.COM [ ACEH BESAR – Pengelolaan peternakan sapi yang dikelola Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh di bawah UPTD Inseminasi Buatan Inkubator (IBI) Saree di Desa Sukadamai, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar sangat buruk pasalnya, selain sapi kekurangan makanan juga nyaris setiap hari … Read more

Pengelolaan Peternakan Sapi Milik Pemprov Buruk, Sapi Kurus dan Ada yang Mati

ACEHSATU.COM [ ACEH BESAR – Pengelolaan peternakan sapi yang dikelola Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh di bawah UPTD Inseminasi Buatan Inkubator (IBI) Saree di Desa Sukadamai, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar sangat buruk pasalnya, selain sapi kekurangan makanan juga nyaris setiap hari ada sapi yang mati.

Kondisi ini disampaikan Sekretaris Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Fakhrurrazi, Jumat (5/6/2020), ia sempat mengunjungi lokasi peternakan itu dan melakukan wawancara dengan salah satu mantan pekerja di peternakan itu, Agung Firmansyah.

Dikatakan Agung, saat ini pengelolaan peternakan sapi lebih buruh di bandingkan  beberapa tahun lalu, kebutuhan makanan untuk ratusan sapi ini tidak mencukupi sehingga kondisi sapi tidak berisi dan kurus.

“Dulu banyak pencari pakan ternak untuk makanan sapi di sini, sekarang hanya tingga beberapa orang, karena sebagian pekerja tersebut tidak dipekerjakan lagi sehingga ketersediaan pakan ternak tidak seimbang dengan jumlah ratusan sapi yang ada,” ujar Fahrurrazi mengutip pernyataan Agung

Bukan itu saja, tambah Agung, ketersediaan pakan konsentrat juga tidak tersedia untuk membantu pasokan nutrisi lembu-lembu ini dipeternakan sehingga dedaunan keringpun di jadi santapan sapi ini.

“Kondisi peternakan ini nyaris tidak layak dikatakan lokasi peternakan sapi karena kondisinya jorok, sapi kurus-kurus terkesan tidak terurus dan bau menyengat dari peternakan ini menebar samnpai ke pemukiman warga,” ujar Fakhrurrazi saat melihat kondisi peternakan itu.

Adapun jumlah sapi di UPTD IBI Saree sebanyak 480 ekor diantaranya jenis peranakan ongole, limousin, simmental, brahman, bali dan sapi lokal Aceh.

Ia meminta Pemerintah Aceh mencari solusi atas masalah ini agar-sapi ini benar-benar berada di lokasi peternakan sapi bukan terkesan berada di ladang pembataaian.

Anggaran Miliaran 

Terlebih miliaran uang rakyat di gelontorkan kelokasi tersebut, tahun 2018, seperti pengadaan bahan baku pakan rumanansia di Saree mencapai Rp 1,4 miliar, amoniasi Jerami Rp 2 miliar. Hijauan permentasi Rp 2 miliar.

Sedangkan tahun 2019 seperti, pengadaan pakan konsentrat untuk peternakan Saree, mencapai 2,2 miliar. Pengadaan hijauan pakan rumanansia untuk Sapi di Saree Rp 912 juta, pengadaan konsentrat untuk pakan Bull sapi Aceh (non tender) Rp 107 juta.

Berikutnya, pekerjaan fermentasi jerami pakan rumanansia juga di Saree Rp 121 juta. pekerjaan peningkatan padang pengembalaan di Saree Rp 149 juta. Semua proyek tersebut dikerjakan tahun 2029 sebagian besar non tender.

Sedangkan anggaran tahun 2020, dalam penjabaran APBA 2020 disebutkan, sebesar Rp 65 miliar dianggarkan untuk belanja bahan pakan ternak, kemudian belanja bibit ternak dengan alokasi anggaran Rp 88 miliar. Selain itu, ada juga belanja modal juga belanja modal pengadaan ternak sebesar Rp 6,1 miliar walapun belum dikerjakan semua anggaran 2020 ini.(*)

Kadis Akui tak Berikan Kosentrat

Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh, Rahmandi kepada wartawan, berjanji akan memaksimalkan pemberian pakan dengan target dalam dua bulan kedepan sapi-sapi yang  kurus yang ada dipeternakan sapi ini akan gemuk kembali.

“Kuranganya pemberian rumput dan tidak adanya kosentrat yang merupakan nutrisi penggemukan sapi membuat sapi sapi –sapi ini kurus,” ujar  Kadis.

Ia menjelaskan, sapi-sapi di peternakan ini tidak diberikan pakan konsentrat sejak 22 Maret 2020 sampai hari ini. Menurutnya, bukan tidak ada pengadaan pada anggaran tahun 2020, hanya saja belum bisa ditender karena masih ada kesalahan spek pada harga satuannya karena mengalami kenaikan harga.

Ia mengumpamakan tahun 2019 harga per kilo konsentrat Rp Rp 6.500 per kilogram naik Rp 500 rupiah perkilo sehingga menjadi Rp 7000/perkilo sekarang sehingga tidak dapat ditender dan harus dilakukan revisi.

Disamping itu lanjut Kadis, pihaknya juga akan mengurangi pemberian pakan kosentrat dengan memaksimalkan pemberian pakan ternak dari rerumputan yang ada di sekitar peternakan seluas 19,5 hektare.

“Sapi-sapi ini mengalami pengadaptasian dengan diberikan pakan rumput sehingga terlihat kurus karena terjadi penurunan berat badan,” demikian kata Kadis. (*)

LIHAT VIDEONYA:

 

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.