Penelitian, Bank Aceh Syariah dan Ubi Kayu

"Keberanian Bank Aceh Syariah Kualasimpang mengucurkan pembiayaan untuk petani dalam memulai usahanya dari nol sebuah terobosan luar biasa dan patut kita dukung dan apresiasi"
bank aceh
Ubi kayu yang sudah di panen tidak diangkut untuk dijual. acehsatu.com/nasir

Penelitian, sebuah kata yang sering dan tidak asing kita dengar, terutama dikalangan mahasiswa yang mewajibkan melakukan penelitian untuk menghasilkan, skripsi, tesis,dan disertasi.

Untuk menghasilkan hasil dari sebuah penelitian kadang membutuhkan pengorbanan, waktu yang lama dan biaya yang tinggi.

Meski penelitian di perguruan tinggi punya rentang waktu bagi mahasiswanya sebelum detik-detik Drop Out (DO) namun ada juga penelitian yang dilakukan lembaga tertentu yang membutuhkan tenaga dan waktu yang lama.

Penelitian yang lama pernah dilakukan di dunia oleh 268 mahasiswa Universitas Harvard, Amerika Serikat tahun 1938, belangsung selama 80 tahun.

Mereka melakukan penelitian terhadap 456 warga Boston tentang perkembangan mental orang tua yang menghadapi waktu sulit ketika Perang Dunia II hingga Perang Dingin dan hingga saat ini.

Mahasiswa ini melakukan penelitian kebahagian, memakai teknik survei setiap dua tahun dan pemeriksaan fisik setiap lima tahun. Salah satu penelitian itu, kualitas liburan yang dimiliki seseorang di masa mudanya, menunjukkan kebahagiaan yang meningkat di kemudian hari.

Namun bukan peneilitian kebahagian itu saja, ada juga penilitian tentang eksperimen campuran zat benih pupuk yang berlangsung selama 160 tahun yang dilakukan dua peneliti, Lawes dan Gilbert, yang berekperimen dengan jerami.

Baca : Bank Aceh Salurkan Kredit KUR Tahap 1 Tahun 2023 Sebesar Rp. 510 Miliar

Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa jika fosfor dan kalium adalah komponen utama pupuk, maka kacang polong mengambil alih plot.

Sejak itu, bidang ini telah menjadi salah satu eksperimen keanekaragaman hayati terpenting di bumi. Banyak penelitian lainnya di dunia yang juga membutuhkan waktu lama.

Kaitannya dengan Bank Aceh yang merupakan salah satu Bank daerah milik Pemerintah Aceh yang baru baru ini “diributkan” dengan kredit ubi kayu di Aceh Tamiang sebesar  Rp 1 Miliar.

Menurut pihak bank, pencaiaran uang untuk 20 anggota kelompok tersebut merupakan bentuk pembiayaan, sedangkan penerima uang beranggapan bagian dari hibah.

Hingga akhirnya petani mengalami kerugian dengan alasan, diantaranya pihak Bank tidak melakukan survey berkaitan dengan keberadaan lahan yang dinilai terlalu jauh sehingga dianggap susah mengeluarakan hasil ubi kayu yang sudah di cabut.

Meski petani sendiri yang menunjuk lahan untuk menanam ubi tersebut.

Walaupun demikian, pola pembiayaan ubi kayu lainnya oleh Bank Aceh Syariah di Aceh Tamiang juga ada yang berhasil  

Terlepas dari pro kontra pembiayan ubi kayu di Aceh Tamiang tersebut, kita apresisasi terhadap Bank Aceh Syariah Cabang Kualasimpang yang berani mengucurkan pembiayaan terhadap petani yang memulai usaha menanam ubi kayu dengan pola bagi hasil 20 persen keuntungan untuk bank dan 80 persen untuk petani.

Bukankan selama ini kita mengkritik Bank Aceh Syariah yang mudah mengucurkan kredit kepada PNS tapi ”kurang” mengucurkan kredit untuk akar rumput.

Karenanya, keberanian Bank Aceh Syariah Kualasimpang mengucurkan pembiayaan untuk petani dalam memulai usahanya dari nol, sebuah terobosan luar biasa dan patut kita dukung dan apresiasi, 

Karena biasanya, bank dan hampir semua bank memberikan pembiayaan kepada orang atau kelompok yang memiliki usaha yang sudah berjalan.

Baca : Bank Aceh Syariah Kualasimpang Komit Bantu Pembiayaan UMKM

Pembiayaan lebih diberikan kepada usaha yang sudah menguntungkan seperti kucuran kredit untuk pemilik atau perusahaan perkebunan yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) atau kios yang sudah berjalan, atau person yang memiliki gaji bulanan.

Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki modal dan punya kemauan untuk berusaha apakah dapat pembiayaan dari bank, jawabannya tentu tidak.

bank aceh
Ubi kayu yang sudah di panen tidak diangkut untuk dijual. acehsatu.com/nasir

Terlepas dari pro dan kontra pembiayaan ubi kayu di Aceh Tamiang, pola pembiayaan seperti ini seharusnya dari dulu harus dijalankan Bank Aceh Syariah karena Bank Aceh yang sudah berdiri lama dengan silih ganti direktur itu, tentu tujuan pendiriannya untuk membangkitkan ekonomi warga Aceh.

Namun ide pembiayaan “cerdas ubi kayu” tersebut muncul dari pemimpin muda Bank Aceh Syariah Kuala simpang, Muhammad Syah, seharusnya kita dukung karena membuka peluang terhadap usaha pertanian lainnya yang memulai usaha dari nol.

Harus didukung karena belum tentu bank lain juga berani mengucurkan pembiayaan pola “ubi kayu” tersebut. Meski ada satu yang gagal, namun pola pembiayaan “kredit ubi kayu” di Aceh Tamiang ada juga yang berhasil.

Baca : Komisaris Bank Aceh Tekankan Pentingnya UMKM Untuk Percepatan Perekonomian Daerah

Untuk itu, pola pembiayaan “ubi kayu” ini perlu didukung dan dilanjutkan kembali untuk membangkitkan ekonomi akar rumput warga Aceh yang berada di pedesaan.

Bukan sebaliknya, kita cari kesalahan, kelemahan, kita vonis bersalah apalagi kita giring agar bersentuhan dengan tujuan “politis”, tanpa memberikan solusi yang bijak dalam pembiayan pola “ubi kayu” tersebut   

Jika kita kaitkan dengan penelitian yang membutuhkan waktu lama untuk menghasilan sebuah hasil penilitian yang baik, pola kerdit ubi kayu dengan alur fikir peneilitian maka kucuran kredit “ubi kayu ini” akan menghasilkan pola keredit yang meminimalisir ketidak berhasilan dan dalam memberikan pembiayaan usaha yang dimulai dari nol

Seperti,  untuk survey lokasi dan produk dapat melibatkan konsultan dan keberhasilan usaha dapat melibatkan pemerintah daerah terutama dalam menggerakkan penyuluh pertanian mendampingi petani yang memulai usaha dari nol dengan pembiayaan dari Bank Aceh Syariah.

Baca : Kantor Bank Aceh Syariah Tualang Cut Resmi Dibuka, Ini Dampaknya

Bukankan penelitian itu membutuhkan biaya besar untuk menghasilkan sebuah produk atau prosedur keberhasilan usaha dari nol.  

Namun kita juga berharap penerima pembiayaan bank juga punya ke inginan yang besar untuk berhasil, bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha dan meminamalisir kerugian agar setiap usaha bangkit serta maju.

Hilangkan cara berfikir bahwa setiap bantuan dari pemerintah atau bank tidak bayar alias gratis agar “energy” tanggung jawab terhadap keberhasilan usaha menjadi lebih besar. SEMOGA SAJA