https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Rokok Penyumbang Terbesar Kemiskinan
Kepala Bappeda Aceh, T Ahmad Dadek. Istimewa

Rokok Penyumbang Terbesar Kemiskinan

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Predikat Aceh provinsi termiskin di Sumatera menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Aceh dalam menyusun strategi kebijakan penurunan angka kemiskinan.

Salah satunya adalah budaya boros di masyarakat menjadi salah satu faktor. Dann rokok jadi salah satu pengeluaran terbesar masyarakat Aceh.

Persoalan rokok ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh, H T Ahmad Dadek SH MH, dalam rapat koordinasi penanganan penurunan angka kemiskinan Aceh 2021, Jumat (19/2/2021).

Rapat berlangsung secara virtual di ruang kerjanya yang diikuti 23 kepala Bappeda kabupaten/kota.

Karena itu, Pemerintah Aceh berencana mendata jumlah para perokok di provinsi ini.

Rokok sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, merupakan komoditas makanan penyumbang terbesar kedua terhadap nilai garis kemiskinan, setelah beras.

Garis kemiskinan adalah suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.

Data terbaru BPS, penduduk miskin Aceh meningkat 19 ribu pada September 2020 atau mencapai 15,43 persen, tertinggi di Sumatera.

Ahmad Dadek dalam rapat itu menyampaikan enam strategi untuk menurunkan penduduk miskin di Aceh.

Pertama, adalah dengan menekan pengeluaran masyarakat agar tidak boros, dimana salah satu pengeluaran terbesar masyarakat Aceh adalah rokok.

Dia menyebutkan, harga rokok di pasaran dijual berkisar Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per bungkus.

Jika dalam sehari menghabiskan dua bungkus, berarti uang yang dikeluarkan mencapai Rp 40.000 per hari.

Dengan penghasilan harian antara Rp 50.000 sampai Rp 70.000, maka uang yang tersisa untuk pemenuhan kebutuhan keluarga hanya tinggal Rp 10.000 sampai Rp 35.000 per hari.

Rokok Penyumbang Terbesar Kemiskinan
Kepala Bappeda Aceh, T Ahmad Dadek. Istimewa

“Dengan sisa uang Rp 35.000 per hari itu, ia akan tetap menjadi keluarga miskin yang permanen,” kata Kepala Bappeda Aceh ini.

Untuk itu, Dadek meminta kepada para keuchik, camat, kepala dinas sosial, dan para kepala Bappeda agar mendata orang-orang pecandu rokok tersebut, dan selanjutnya memberikan menasehat agar mengurangi rokok.

“Berikan mereka nasehat agar mengurangi perilaku kurang sehatnya secara bertahap, untuk mengurangi belanja rokok yang bisa membuat dirinya akan selalu tetap miskin,” ujar Ahmad Dadek.

Strategi kedua meningkatkan pendapatan masyarakat. Upaya yang bisa dilakukan untuk itu adalah dengan meningkatkan keahlian masyarakat dan memberikan pelatihan keahlian. Selain itu juga dengan membuat program-program padat karya. (*)