ACEHSATU.COM | TAKENGON – Acehnesia.com sebagai platform media rakyat menggelar kegiatan pemantauan isu kejahatan lingkungan di Ekosistem Leuser selama 2 hari 15-16 Januari 2022. Kegiatan berlangsung di Hotel Ranggayoni, Takengon.
Pelatihan model citizen jurnalism tersebut didukung LSM Selamatkan Hutan Hujan untuk meningkatkan produksi berita yang mendukung konservasi di Kawasan Ekosistem Leuser.
Founder Acehnesia.com, Yusmadi mengatakan, citizen journalism adalah fenomena di dunia jurnalisme ketika teknologi informasi berkembang pesat dan jauh dari perkiraan para praktisi komunikasi maupun para jurnalis media arus utama.
Model citizen journalism ini kemudian dikembangkan Acehnesia untuk meningkatkan peran serta kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak dari kerusakan lingkungan dan kehutanan.
Pimpinan Redaksi Acehsatu.com ini menambahkan, sebelumnya WWF Indonesia bersama Tim ACEHSATU membentuk ACEHNESIA.com untuk mengelola laporan jurnalisme warga dari berbagai daerah di lansekap DAS Peusangan, DAS Jambo Aye dan DAS Tamiang dalam Program Shares Resource Join Sollution (SRJS).
Selanjutnya program citizen journalism ini terus dikembangkan bersama Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HaKA).
“Kita sudah menyusun silabus khusus untuk jurnalisme rakyat ini untuk memantau isu-isu kejahatan lingkungan di ekosistem Leuser,” kata Yusmadi.
Kejahatan Lingkungan di Ekosistem Leuser
Dikatakan, platform ini sudah membuktikan efektif membantu penyampaian pelaporan warga terhadap kasus-kasus kehutanan seperti kebakaran hutan dan lahan, bencana alam, konflik satwa manusia, perburuan, illegal logging dan masalah konflik lahan di masyarakat kawasan hutan.
Untuk Kawasan Ekosistem Leuser, masalah kehutanan yang dihadapai saat ini adalah meningkatnya konflik satwa dan manusia dan perusakan hutan oleh banyak perusahaan sawit.
Selain itu persoalan perburuan, kebakaran hutan dan lahan dan kejahatan kehutanan lainnya kerap terjadi dan tidak terlaporkan untuk pencegahan.
Untuk itu perlu penanganan serius kasus ini dengan cara lain yang lebih baik dan efektif dan juga agar pelaporan kasus lebih cepat.
Sehingga kasus ini lebih banyak diketahui oleh pihak luar dan harapannya segera cepat ditindak lanjuti oleh pihak terkait.

Sementara itu, Chairwoman, Rettet den Regenwald e.V. Marianne Klute mengatakan, pihaknya sangat mendukung kegiatan ini untuk memperkuatkan masyarakat menyadari situasi hutan hujan dan keanekaragaman hayati di Kawasan Ekosistem Leuser.
Kawasan Ekosistem Leuser merupakan hutan luas yang terakhir di Asia Tenggara, menjadiparu-paru dunia dan memiliki perannya yang khas. Hanya di KEL spesies kunci seperti Harimau, Orangutan, Gajah dan Badak Sumatra hidup di habitat yang sama.
“Ekosistem Leuser pantas disebut sebagai salah satu surga terakhir. Kita tidak bisa menyerahkan Ekosistem Leuser kepada industri untuk dieksploitasi secara ekonomi saja”.
“Saya senang bahwa Ekosistem Leuser dan penduduknya yang telah menjaga hutan sejak zaman nenek moyang bisa bersuara melalui platform media rakyat ini,” kata Marianne Klute. (*)