https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Papua vs Aceh
Papua vs Aceh di final PON 2021 menjadi duel dua cendekia sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)

ACEHSATU.COM | PAPUA — Tak hanya soal pertarungan dua kutub timur dan barat, laga final PON Papua 2021 antara Papua vs Aceh juga menjadi duel dua cendekia sepak bola Indonesia.

Pertandingan final cabor sepak bola PON Papua 2021 akan mempertemukan tim tuan rumah Papua vs Aceh di Stadion Mandala, Jayapura, Kamis (14/10) siang WIB.

Aceh punya Fakhri Husaini yang rela turun gunung menangani Aceh dari Timnas Indonesia U-19. Sedangkan Papua punya Eduard Ivakdalam, paitua kharismatik yang memiliki gen juara.

Fakhri resmi dikontrak menjadi pelatih Aceh pada 13 Juni 2020. Sejatinya nama Fakhri sudah dikait-kaitkan sejak awal 2020, tetapi terkendala statusnya sebagai karyawan Pupuk Kaltim.

Setelah pensiun dari badan usaha milik negara (BUMN) itu Fakhri memutuskan pulang kampung ke Aceh. Pria kelahiran Lhokseumawe, 27 Juli 1965, ini ingin mendedikasikan ilmunya untuk sepak bola Aceh.

Dengan falsafah dan wawasan sepak bola yang dimiliki, Fakhri membangun tim sepak bola putra Aceh. Pemusatan latihan di Sumatra hingga ‘bertapa’ di Jawa Timur jadi sarana mematangkan permainan.

Salah satu bukti kematangan Fakhri sebagai cendekia sepak bola Aceh di PON Papua adalah pertandingan semifinal melawan Jawa Timur. Tak diunggulkan dan tak diperkuat sejumlah pemain, Aceh malah lolos ke final.

Hanya punya 13 pemain prima di semifinal, Fakhri meminta pemainnya bermain taktis. Mantan pemain PKT Bontang ini menerapkan sepak bola pragmatis untuk menang: bertahan dan serangan balik.

Kekalahan 0-4 Aceh dari Jatim dalam laga uji coba pada September 2021, jadi senjata Fakhri untuk menangkal lawan. Kekalahan 0-1 Aceh dari Papua pada babak grup akan kembali dijadikan senjata.

Namun Papua punya cendikia yang tak kalah matang, Ivakdalam. Pria kelahiran Merauke, 19 Desember 1974 ini memang kalah jam terbang kepelatihan dari Fakhri, tetapi kapasitasnya tak diragukan.

Selepas gantung sepatu pada 2014, Edu menghabiskan waktunya dengan membina anak-anak SSB Putra Pasifik, di Jayapura. Ia lantas ikut kursus lisensi pelatih C AFC pada 2016.

Bermodal lisensi C itu ia dipinang Persewar Waropen untuk Liga 3 2016. Hasilnya, Persewar juara Zona Papua dan lolos ke pentas nasional. Sayang kiprah mereka hanya sampai babak grup saja.

Tahun berikutnya Ivakdalam dikontrak Persemi Mimika untuk Liga 3 2017. Seperti 2016, Liga 3 Zona Papua dikuasai dan lolos ke pentas nasional, tetapi hanya sampai babak grup. Hal sama terulang pada 2018.

Kejelian dan keampuhan Ivakdalam memoles bakat-bakat muda, membuatnya ditunjuk jadi pelatih tim PON Papua pada 26 Februari 2019. Targetnya pun tegas: meraih medali emas cabang bergengsi ini.

Pertandingan semifinal jadi bukti kecendekiawanan Ivakdalam. Dalam situasi tertinggal 0-1, mantan kapten Persipura Jayapura ini meminta pemainnya tampil sabar dan terus menekan.

Papua vs Aceh
Papua vs Aceh di final PON 2021 menjadi duel dua cendekia sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)

Instruksi Ivakdalam pun bertuah, lima gol tercipta setelah sempat tertinggal. Kolektivitas dan karakter sepak bola Papua yang main dari kaki ke kaki dengan umpan pendek, membuat Kaltim mati kutu.

Pertandingan final PON Papua 2021 juga menjadi ajang pertarungan dua kutub permainan. Aceh punya striker Akhirul Wadhan, sedangkan Papua punya ujung tombak mematikan Ricky Ricardo Cawor.

Perjalanan kedua tim menuju final bisa menjadi gambaran kekuatan permainan. Aceh yang tak tajam mengendalikan permainan di tengah, adapun Papua jadi tim tertajam di PON 2021.

Aceh yang tergabung di Grup C babak penyisihan PON Papua mengawali laga dengan minor. Muzakir dan kawan-kawan takluk 1-2 dari Sulawesi Utara, lantas menang 3-2 dari Kalimantan Timur (Kaltim).

Sayang kemenangan tersebut dilabeli 'main sabun' atau 'sepak bola gajah'. Pasalnya gol penentu kemenangan Negeri Serambi Mekkah tersebut tercipta dari proses 'bunuh diri' pemain Kaltim.

Pada fase kedua, Aceh tergabung di Grup D, kembali jadi runner up. Mereka takluk 0-1 dari Papua, lantas menang 2-1 dari Sumut. Selanjutnya pada semifinal menyingkirkan Jawa Timur.

Dari lima pertandingan PON Papua, Aceh membukukan delapan gol dan tujuh kali kebobolan. Ini bukan statistik yang mentereng, tetapi Aceh punya daya tahan yang stabil saat ditekan.

Pada saat yang sama Papua tampil superior. Tergabung di Grup A, Papua tak terbendung. Mereka menumpas Jawa Barat dengan skor 5-1, lantas Maluku Utara dengan skor 3-1, dan NTT dengan kedudukan 4-0.

Berikutnya pada babak kedua Papua mengandaskan Aceh 1-0 dan Sumatera Utara dengan kedudukan 2-0. Sempat tak eksplosif pada fase kedua, Papua mengamuk dengan menang 5-1 pada babak semifinal.

Salah satu pemain kunci Papua dalam pertandingan final adalah Ricky Ricardo Cawor. Saat ini Ricky menjadi top skor sementara PON Papua dengan koleksi sembilan gol.

Gelandang serang Papua, Samuel Gideon Balinsa, juga bisa menjadi momok Aceh. Ialah pencetak satu gol saat bentrok pada fase grup. Permainan Samuel pun eksplosif saat lawan Kaltim.

Akhirul Wadhan sejauh ini telah melesakkan empat gol untuk Aceh. Ia menyumbang satu gol di semifinal, dua gol saat jumpa Sumatera di fase kedua, dan satu gol saat melawan Kaltim di fase pertama.

Pemain Aceh lainnya yang juga tampil konsisten dan kerap jadi juru selamat adalah Muzakir. Sejauh ini Muzakir telah menyumbang dua gol, yakni saat fase grup dan babak semifinal. (*)