ACEHSATU.COM [ BANDA ACEH – Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah meminta kepada keluarga yang memiliki keluarga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) jangan dipasung namun melaporkan ke pemerintah kabupaten/kota masing-masing agar dapat dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Hal ini disampaikan Sekda dalam kegiatan rutin zikir dan doa pagi di lorong Rumah Sakit Jiwa Aceh bersama petugas dan pasien setempat. Senin (7/2/2021)
“Pemerintah Aceh memiliki tekad untuk membebaskan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa agar bebas dari pasung, ” kata Taqwallah.
Baca : Jumlah Pasien ODGJ di Kabupaten Aceh Tamiang Mengalami Peningkatan
Taqwallah mengatakan, jika ODGJ yang dipasung dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Aceh, maka orang tersebut akan diberikan pelayanan rehabilitasi dan penyembuhan. Aktivitas mereka akan diatur dengan baik, juga diberikan terapi jiwa.
Cerita Duka
Dalam kesempatan itu, Sekda meminta petugas dan pasien untuk menceritakan suka dan duka menjalani hari-hari di rumah sakit tersebut kepada seluruh peserta zikir yang terhubung secara virtual.
Direktur Rumah Sakit Jiwa Aceh, dr. Makhrozal, menjelaskan, rumah sakit yang dipimpinnya itu bertipe A dan menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan pasien dari kabupaten/kota.
“Kita memiliki layanan unggulan selain penanganan ODGJ satu-satunya di Aceh, juga unggulannya merupakan satu-satunya rumah sakit di Sumatera yang memiliki layanan rehabilitasi napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif). Dimana kita memiliki dokter spesialis bidang tersebut, ” kata Makhrozal
Makhrozal menyebutkan, total pasien yang dirawat saat ini berjumlah 319 orang. Pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut diantaranya disebabkan oleh konsumsi narkoba.
Sebagian pasien ODGJ yang dirawat di rumah sakit tersebut juga merupakan pasien gelandangan di jalanan. Ada juga pasien yang dipasung keluarga, lalu pihak rumah sakit menjemput dan membawanya untuk dirawat dan direhab.
“Pada tahun 2021 kami menjemput 29 orang pasien pasung dari berbagai kabupaten kota, ” kata Makhrozal.
Kata Makhrozal, pihaknya sudah mengirim surat ke seluruh rumah sakit di daerah, jika ada pasien pasung agar dilaporkan pada pihaknya. Pihaknya siap untuk menjemput. Kepada seluruh peserta zikir, ia mengatakan, Rumah Sakit Jiwa Aceh juga menerima pasien pasung yang diantar langsung ke tempatnya.
Satu hal yang membuat kesan bagi pihak rumah sakit dalam merawat pasien ODGJ. Ada pasien yang sudah membaik saat diantar pulang malah ditolak keluarganya. Ia berharap kejadian demikian tidak terulang lagi ke depan. Pasien ODGJ akan tetap membaik jika diberi obat teratur, kata Makhrozal.
Baca : Brinus Aceh Utara Beri Bantuan untuk Penderita ODGJ dan Janda Lansia
Salah satu kepala ruangan di Rumah Sakit Jiwa Aceh, Ramadansyah, mengaku telah mengabdi selama 16 tahun. Sebagai seorang perawat, ia juga merasa sedih saat pasien yang dirawatnya malah ditolak keluarga saat dibawa pulang. Menurutnya, banyak orang masih memberi stigma negatif terhadap pasien ODGJ.
“Kami sangat berharap bila pasien kambuh dibawa kembali pada kami, jangan tolak mereka, ” kata Ramadansyah.
Fajar Wahyudi, salah satu sopir di rumah sakit tersebut, juga menyampaikan kesannya selama bertugas. Ia memiliki tugas untuk mengantar pulang dan menjemput pasien pasung dari daerah. Saat mengantar pulang, tidak sedikit keluarga dan masyarakat menolaknya.
“Pernah kejadian penolakan di Bener Meriah, sampai bupati yang harus turun langsung ke masyarakat untuk memediasi, ” kata Fajar.
Selain itu, saat menjemput, kadang ada juga pasien yang melawan. Dirinya sangat kewalahan saat menghadapi pasien dengan kondisi tersebut. Ia berharap penolakan keluarga terhadap pasien ODGJ tak lagi terjadi.
Mendengar suka duka para petugas di RSJ Aceh ini, Sekda Aceh, Taqwallah, menyampaikan apresiasi tinggi dan berterimakasih kepada seluruh petugas di rumah sakit jiwa Aceh. Ia mengatakan, seluruh pekerjaan yang mereka jalani akan menjadi amal jariah di akhirat kelak.
Sekda juga menyempatkan diri menyapa satu-satu pasien ODGJ yang ikut serta berzikir dan berdoa di lorong jalan rumah sakit. Ia menanyakan, nama, asal mereka dan keseharian mereka di rumah sakit (*)