LHOKSEUMAWE – Rektor Universitas Malikussaleh, Herman Fithra menyatakan setuju dengan wacana penambahan empat Batalyon Teritorial di Aceh.
Alumni Lemhanas ini mengatakan sudah sepatutnya negara yang besar ini mandiri serta tidak didikte lagi oleh negara asing.
Kebutuhan pangan dan energi harus betul-betul dicukupi oleh bangsa sendiri.
“Sekarang Presiden Prabowo Subianto memiliki program ketahan menuju kemandirian pangan Indonesia, harus ada yang menghimpun menggerakan itu, salah satunya paling siap adalah TNI karena mudah dimobilisasi,” kata Herman pada 1 Mei 2025.
Herman mengaku sangat mendukung seluruh program Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Niko Fahrizal, karena akan memperkuat Aceh sebagai daerah agraris.
Menurut Herman, penambahan empat Batalyon memberikan kesempatan lebih besar bagi putra putri Aceh menjadi anggota TNI.
Hal ini secara otomatis dapat meningkatkan nasionalisme para pemuda, itu perlu untuk menjaga tegaknya NKRI, artinya jangan hanya dilihat dari sisi tentara itu untuk berperang.
“Tentara Nasional Indonesia itukan bukan hanya untuk berperang, juga ada TNI manunggal bersama rakyat, jadi banyak hal yang dilakukan tentara saat tidak berperang, dan itu keuntungan bagi kita masyarakat, jadi jangan cuman dilihat dari sisi TNI itu pasti berperang,” ujarnya.
TNI, kata dia, juga dipakai pada masa damai. Salah satunya program pemerintah, kemudian untuk menyukseskan ketahanan pangan.
Herman melihat masih banyak lahan-lahan di Aceh tidak produktif, tidak terpakai, dibiarkan kosong begitu saja.
“Nah ini yang perlu didorong agar semua itu tidak jadi lahan tidur dan bisa berguna, salah satunya berharap dari TNI untuk membantu mengembangkannya,” ucapnya.
Kemudian yang kedua, tambah Herman, apabila ditambah empat Batalyon otomatis akan berdampak untuk mendongkrak ekonomi, ada tambahan ratusan prajurit, tentu akan tumbuh berkembang.
Baik itu mereka berbelanja, berinteraksi, jadi ada uang yang berputar untuk dibelanjakan.
“Jadi harus dipahami, tambahan empat Batalyon baru itu bukan untuk tempur, jangan nanti ditambah-tambah digiring, banyak kali tentara di Aceh, untuk apa, emang Aceh mau perang, nah kawan-kawan melihat dari sisi itu,” kata Herman.
Menurut Herman, keberadaan TNI perlu dilihat dari sisi positif, seperti mensukseskan program pemerintah ketahanan pangan, energi, pertumbuhan ekonomi baru.
“Saya sebagai akademisi dan alumni Lemhanas melihat isu suatu permasalah yang beredar saat ini, dari sisi lebih luas serta komprehensif, jadi tidak melihat sepotong-sepotong,” kata Herman.
“Kalau pendidikan di Lemhanas, diajarkan bagaimana memandang Indonesia secara keseluruhan tidak sepotong-sepotong, maka pentingnya wawasan kebangsaan,” tambahnya.
Senada disampaikan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh (FP-Unimal), Baidhawi.
Ia menyatakan mendukung wacana penambahan 4 batalyon TNI di Provinsi Aceh, demi kemajuan ketahanan pangan mandiri.
Baidhawi memberikan wawasan terhadap sejumlah pihak pemahaman peran TNI.
Ia menyatakan mendukung wacana penambahan 4 Batalyon Teritorial, yakni Yonkes dan Pertanian di Aceh.
Menurutnya, wajar kebijakan dan program pemerintah untuk meningkatkan swasembada pangan dan harus didukung oleh semua pihak.
“Batalyon Teritorial rencananya didirikan di sejumlah wilayah jajaran Kodam Iskandar Muda, yakni Pidie, Nagan Raya, Aceh Tengah, dan Aceh Utara,” terangnya.
“Saya mendukung wacana percepatan pembangunannya,” ucap Dekan FP Unimal ini. ***