“Aceh memiliki pahlawan sendiri! Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Laksamana Malahayati! Bahkan dunia internasional mengakui Malahayati hingga UNESCO menetapkan 1 Januari sebagai perayaan internasional untuknya. Lalu kenapa kita rayakan Hari Kartini?” seru orator dalam video tersebut.

Sebuah video orasi warga Aceh yang berlangsung di Banda Aceh hari ini menyita perhatian publik setelah tersebar di media sosial.

Aksi tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, namun isi orasinya justru mengkritik perayaan tersebut dan menyerukan agar masyarakat Aceh kembali mengangkat sosok-sosok pahlawan perempuan dari tanah sendiri.

Video tersebut menarik perhatian publik, bahkan turut disorot oleh sejumlah netizen. Bahkan, vlogger asal Aceh, Asnawi Ali yang kini berdomisili di Swedia, menyorot secara khusus isu di kanal YouTube miliknya.

Orasi tersebut lengkap dengan visual dan komentar penjelas, sehingga menyentuh khalayak yang lebih luas, termasuk diaspora Aceh di luar negeri.

Dalam orasinya, warga Aceh tersebut mempertanyakan mengapa Hari Kartini dirayakan di Aceh, sementara tokoh-tokoh perempuan Aceh yang telah terbukti berjasa dan diakui dunia tidak mendapatkan penghormatan serupa.

“Aceh memiliki pahlawan sendiri! Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Laksamana Malahayati! Bahkan dunia internasional mengakui Malahayati hingga UNESCO menetapkan 1 Januari sebagai perayaan internasional untuknya. Lalu kenapa kita rayakan Hari Kartini?” seru orator dalam video tersebut.

Orator juga mengajak generasi muda Aceh khususnya para mahasiswa, sarjana dan pemuda untuk bangkit dan menjaga identitas budaya Aceh agar tidak terkikis oleh budaya luar.

“Inikah hasil pendidikan kita? Inikah kesadaran kita? Jangan biarkan budaya asing dari seberang laut menggerogoti jati diri kita!” tambahnya.

Mereka menilai bahwa perayaan Hari Kartini di Aceh mencerminkan budaya ikut-ikutan. Meskipun bersifat kritis, aksi tersebut berlangsung damai dan mendapat tanggapan beragam dari masyarakat.

Beberapa pihak mendukung seruan ini sebagai bentuk kebangkitan budaya lokal dan penguatan identitas.

Terlepas dari perbedaan pandangan, aksi ini telah membuka ruang diskusi publik yang penting tentang bagaimana masyarakat Aceh memaknai sejarah dan pahlawan mereka sendiri dan juga menilai sejauh mana rasa nasionalisme mereka.

Aceh memiliki historis panjang dalam kisah perlawanan melawan penjajah. Bangkitnya sikap nasionalisme keacehan juga merupakan bagian dari perlawanan terhadap ketimpangan sejarah terhadap nilai-nilai perjuangan bangsa ini. ***

ads

ads