ACEHSATU.COM | Jakarta – Minyak sawit merah mampu menekan resiko kanker, Ini penelitian pakar gizi.
Minyak sawit ternyata tidak hanya bisa dikonsumsi sebagai bahan kebutuhan dapur untuk memasak atau menggoreng makanan, namun memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Dosen Program Studi Gizi Universitas Binawan Jakarta Rizqiawan, S.Gz, M.Si menjelaskan bahwa minyak sawit merah menekan potensi risiko penyakit kanker dan tumor.
“Minyak sawit merah memiliki kandungan karotenoid dan tokoferol serta komposisi asam lemak yang seimbang sehingga dapat berperan sebagai antioksidan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu.
Ujicoba di pria dewasa yang mengalami dislipidemia (kondisi di mana kadar lemak dalam darah meningkat yang berisiko penyebab penyakit jantung dan stroke) , mereka diberikan kue kering yang diolesi minyak sawit merah.
Menurut dia, hasilnya adalah menurunkan kolesterol total, LDL-C, MDA dan LDL teroksidasi serta meningkatkan aktivitas enzim SOD serum secara nyata.
Dijelaskan Angga, kue kering yang diolesi minyak sawit merah ini juga diberikan pada penderita tumor jinak payudara selama 8 minggu.
Penelitian yang dilakukan pada 2020 ini terbukti dapat meningkatkan kadar SOD (Antioksidan meningkat), menurunkan kadar TNF-α dan 8-isoprostan serum serta terjadi pengecilan ukuran tumor payudara secara signifikan.
“Isu sawit sebagai penyebab kanker dan tumor dapat di-counter dengan berbagai riset yang dilakukan terutama minyak sawit merah.
Selain itu,Minyak sawit merah juga bisa membantu menanggulangi kekurangan vitamin A yang penting bagi tumbuh kembang anak,” katanya.
Hal senada dikatakan Direktur PT Nutri Palma Nabati Dr. Darmono Taniwiryono, bahwa minyak sawit sehat adalah lemak sawit (sehat) yang di dalamnya terlarut betakaroten dan Vitamin E dalam konsentrasi yang tinggi serta Co-Q10, likopen, DAG, MAG, dan ALB, rendah Omega 6, tidak mengandung kolesterol, transfat, 3-MCPD dan GE.
“Sewaktu berkunjung ke Afrika, saya lihat masyarakat setempat mengonsumsi minyak sawit merah yang tidak melalui proses rafinasi dan deodorisasi. Dari situ saya lihat, orang Afrika jarang menggunakan kacamata,” ujarnya.
Menurut dia, kandungan vitamin E di dalam minyak sawit dalam bentuk tocotrienol, sejatinya lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain.
“Potensi antioksidan jauh lebih tinggi dari minyak nabati lainnnya. Sebagai antioksidan, kekuatan tokotrienol minyak sawit 16 kali lebih tinggi daripada tokoferol,” katanya.
Lemak jenuh di dalam minyak sawit sangatlah bagus bagi tubuh manusia, tambahnya, secara tidak sadar, masyarakat mengonsumsi virgin coconut oil yang kadar lemak jenuhnya mencapai 90 persen.
Di dalam Air Susu Ibu (ASI), kadar lemak jenuh mencapai 37 persen.
“Masyarakat seharusnya tidak perlu takut mengonsumsi lemak jenuh karena sedari kecil sudah ada dalam tubuh melalui ASI,” katanya.
Ia mengatakan Virgin Red Palm Oil atau minyak sawit merah dapat ditambahkan ke makanan dan minuman. Sebagai contoh, mie instan dapat diberikan tambahan minyak sawit merah, juga dapat ditambahkan ke kue kering, kue basah, dan kopi susu.
“Dari uji laboratorium, kue kering yang menggunakan Virgin Palm oil mengandung betakaroten sebesar 45 IU. Alhasil mengandung vitamin E lebih tinggi karena vitamin E tahan terhadap suhu tinggi,” ujar Darmono.
Direktur Industri Agro Kementerian Perindustrian RI Putu Juli Ardika menambahkan kandungan nutrisi di dalam minyak sawit sangat mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.
Kandungan tokotrienol dan vitamin E serta antioksidan memberikan manfaat positif bagi masyarakat, diantaranya nutrisi di dalam minyak sawit dapat mengurangi resiko penyakit dimensia dan stroke.
“Pengalaman saya sewaktu ke Belgia, produsen coklat setempat mengakui dapat menghasilkan coklat enak karena adanya sawit.
Kita beruntung memiliki sawit karena mendukung adanya pembuatan makanan yang baik, sehat dan enak,” ujarnya dalam webinar “Tren Bisnis Pangan dan Kuliner UKMK Berbasis Minyak Sawit Sehat”.