Orangutan di Putri Betung

MENGUNGKAP Penyebab Kematian Orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser

Lokasi temuan rambut Orangutan ini berada pada koordinat 3°48’30,6″N 97°32’3,9″E yang masuk dalam area Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK) Aih Gumpang.

Penyebab kematian Orangutan jantan ini masih belum ada titik terang. Hasil nekropsi Drh. lkhwan Amir (YOSL-OIC) dan Drh. Zulhimi (YOSL-OIC) yang disaksikan petugas BBTN Gunung Leuser menyebut adanya pukulan benda keras.

Sementara, Ketua Resort Jamur Gele, Ovi Safrizal mengatakan saat kejadian ia berada di luar daerah dan baru setahun bertugas.

“Anggota saya lima orang yang sering melakukan patroli rutin, dan tak pernah menemukan pemburu masuk ke wilayah itu,” kata Ovi.

Dia juga mengatakan anggotanya belum pernah menjumpai masyarakat membawa senjata dan memasok anjing ke dalam kebun.

Menurutnya, kasus ini telah di-BAP oleh pihak Gakkum KLHK Wilayah I Sumatera. Semua yang terkait sudah diperiksa, baik itu pemilik kebun, Ketua KTHK, tim smarpatrol dan Ketua Resor,” sebutnya.

BACA JUGA: Transaksi di Atas Lahan Merah

Jawaban berbeda justru diberikan oleh Gakkum KLHK Wilayah I Sumatera.

Kepala Balai Gakkum KLHK Sumatera, Subhan melalui Kasi Gakkum 1 Sumatera H. Ginting mengatakan, berdasarkan pengumpulan data dan informasi (Puldasi) disimpulkan bahwa kematian Orangutan tersebut akibat digigit anjing.

Menurut Ginting, Balai Gakkum KLHK belum mengeluarkan surat perintah penyidikan (sprindik), sehingga penyidikan belum dilakukan.

“Kita belum keluarkan sprindik, jadi penyidikan belum dilakukan. Yang kita lakukan hanya pengumpulan data dan informasi (Puldasi),” kata Ginting mengutip pernyataannya ke Forum Jurnalis Lingkungan Banda Aceh.

Ginting juga melampirkan surat pernyataan dari Pengulu atau Kepala Desa Kampung Putri Betung, Muhammad Taib yang menyebut kematian Orangutan itu bukan hasil kejahatan atau akibat dari kegiatan perburuan warga Desa Putri Betung.

Sementara itu, anggota Forum Konservasi Leuser (FKL), Faisal Selian juga menanggapi kasus tersebut.

“Tim ranger kita juga sering melakukan patroli di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser dan masih ada mendapatkan jerat di kawasan tersebut, itu kia ke dalam bukan di pinggiran,” katanya pada pada akhir Desember 2022.

Selian juga menjelaskan, berdasarkan hasil dari pantauannya belum pernah ditemukan Orangutan berkelahi sesama mereka. Meskipun tak hidup secara berkelompok.

Karena peran Orangutan sangat besar terhadap hutan Leuser diantaranya mampu menyebarkan benih benih dihutan dan penyeimbang ekosistem dan pengontrol hama.

Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh pada 24 Agustus 2019 populasi Orangutan (Pongoabeli) di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tersisa sebanyak 13.000 lebih yang terbagi dalam delapan meta populasi.

Dimana sebanyak 80 persen berada di wilayah Aceh. Aceh patut berbangga karena Oranguran banyak tersebar di Aceh sekaligus menjadi tantangan menjaga Orangutan agar tetap ada dan tidak punah. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.