ACEHSATU.COM — Meluasnya pandemi coronavirus (COVID-19) di Indonesia telah memaksa pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekstrim.
Diantaranya karantina, isolasi, dan pemisahan antara yang sudah terpapar dengan mereka yang masih sehat hingga kebijakan social distancing dan lockdown.
Kini, social distancing atau menjaga jarak sosial menjadi istilah yang mulai akrab dengan masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.
Tidak hanya itu bahkan kata lockdown juga menjadi istilah yang tidak asing lagi ditengah-tengah merebaknya wabah virus corona.
Tapi tahu Anda apa itu Social Distancing?
Mengutip suara.com Katie Pearce dari John Hopkins University, menjelaskan social distance adalah sebuah praktek dalam kesehatan masyarakat untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang sehat guna mengurangi peluang penularan penyakit.
Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara seperti membatalkan acara kelompok atau menutup ruang publik, serta menghindari keramaian, meliburkan sekolah, kuliah, sampai paling tinggi menutup pasar, mal, rumah ibadah, dsbnya.
Dilansir dari The Atlantic, social distancing memberi penjelasannya adalah tindakan yang bertujuan mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak dekat dengan orang lain untuk mengurangi peluang penularan virus.
Social distancing dinilai bisa mengurangi risiko penyebaran virus corona karena virus ini menular antarmanusia melalui droplet (partikel air liur) saat penderita bersin atau batuk.
Dalam menjalani social distancing, Anda dapat menjaga jarak minimal dua meter dengan orang lain dan dianjurkan tidak berjabat tangan atau berpelukan saat bertemu orang lain.
Social distance ini bertujuan untuk menghambat wabah dan untuk mengurangi kemungkinan infeksi di antara populasi berisiko tinggi.
Diantara negara yang berhasil menerapkan social distancing menghadapi pandemi coronavirus adalah Korea Selatan. Sehingga negara tersebut tidak perlu melakukan lockdown (pembatasan total).
Keberhasilan negara tersebut menjalankan kebijakan social distance adalah karena budaya disiplin warganya telah tertanam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari setiap individu warga negara.Sehingga apapun keputusan pemerintah, warga korea menjalankan dan mematuhinya dengan penuh tanggung jawab.
Nah, bagaimana dengan perilaku disiplin warga Indonesia. Akankah berhasil diterapkan?
Perubahan perilaku individu bahkan lebih penting dari sekedar mencuci tangan. Tindakan individu rendah hati tetapi kuat. Karena social distancing membutuhkan jiwa besar setiap orang untuk membatasi diri.
Bila setiap warga Indonesia patuh pada instruksi otoritas kesehatan, maka isolasi secara total (lockdown) tidak perlu dilakukan. Cukup dengan langkah jaga jarak sosial selama 14 hari. Insya Allah wabah penyakit corona akan berhasil kita hadapi. (*)