Berita Lainnya

Hukum

Politik

Pemuda Aceh di Eropa
Dua remaja Aceh mengikuti pelatihan pemimpin muda yang diprakarsa Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO) European Free Alliance Youth (EFAY), Council of Europe, University of Cambridge, Oxford University School of Geography serta European Youth Center yang berpusat di Strasbourg, Perancis. Dok. Istimewa
Kedua remaja tersebut membawa semangat kebangsaan atas hak penentuan nasib sendiri sebagai bangsa yang merdeka.

SAPUTRA Jailani dan Niswatul Khaira bisa jadi remaja paling beruntung.

Pasalnya, dua anak muda yang tinggal di pengasingan ini berkesempatan mengikuti pelatihan para pemimpin muda di Perancis.

Dua remaja dari Aceh yang bermukim di Denmark akan mengikuti training dasar memberdayakan para pemimpin muda dari komunitas minoritas di Eropa.

Kedua remaja tersebut membawa semangat kebangsaan atas hak penentuan nasib sendiri sebagai bangsa yang merdeka.

Keikutsertaan dua remaja Aceh tersebut atas prakarsa Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO) European Free Alliance Youth (EFAY), Council of Europe, University of Cambridge, Oxford University School of Geography serta European Youth Center yang berpusat di Strasbourg, Perancis.

Asnawi Ali dalam pernyataan kepada media di Aceh mengatakan, pendidikan merupakan salah satu aktivitas wajib di Denmark.

Minimal hingga sekolah menengah atas. Bahkan bila hendak berkuliah sekalipun hingga ke universitas tidak dipungut biaya sepeserpun.

“Baru saja diterima kabar dari salah satu negeri Skandinavia itu bahwa dua anak muda Aceh yang bermukim di Denmark baru saja mengikuti pelatihan selama sepekan di kota Strasbourg, Perancis.   Kedua generasi baru Aceh tersebut adalah Saputra Jailani dan Niswatul Khaira,” lapor Asnawi Ali.

Dikatakan, pelatihan tersebut berupa pendidikan “learning by doing” seperti training dasar memberdayakan para pemimpin muda dari komunitas minoritas di Eropa.

Pelatihan gratis ini ditujukan juga kepada bangsa-bangsa asli non Eropa yang memperjuangan hak penentuan nasib sendiri asli bangsanya yang berasal dari luar Uni Eropa dan juga para anggota UNPO.

Untuk keseriusan pelatihan intensif tersebut, para peserta ditempatkan dalam penginapan selama sepekan oleh panitia penyelenggara berawal dari 1 hingga 8 Oktober 2023.

Menurut catatan yang ada, pemuda-pemuda Aceh yang pernah ikut pelatihan UNPO gelombang sebelumnya telah berpartisipasi dalam event internasional yang menyangkut kasus Aceh di luar negeri.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengkaderan yang dilakukan oleh organisasi yang menamakan dirinya Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF).

Tampaknya ASNLF kini sedang mempersiapkan kadernya dari segala bidang dengan bertujuan guna perkuat kontribusi perjuangannya di masa depan. (*)