ACEHSATU.COM | Simeulue – Apa yang pertama kali terlintas dibenak ada ketika mendengar sebutan memek? Jangan berpikir negatif dulu, sebab di Simeulue Aceh, memek merupakan kudapan sejenis cemilina khas berbentuk bubur yang enak dan mengenyangkan.
Bubur memek ini terbuat dari beras ketan, pisang, santan, garam serta gula. Pisang ditumbuk kasar, dan beras digongseng. Ketika disantap, rasa pisang dan beras gongseng lebih terasa.
Perlu diketahui bersama, memek ini merupakan Warisan Budaya bagaikan Benda yang diturunkan secara generasi-generasi.
Dalam bahasa daerah Simeulue, memek berarti mengunyah. Dari situs budaya Kemdikbud, Pada ketika ezaman dulu, masyarakat Simeulue menyiapkan memek sebagai bekal ketika istirahat saat berpergian.
Alasannya, cara membuat memek ini tergolong mudah sekali, bahkan kaum pria pun bisa membuatnya sebagai bekal merantau.
Seiring berkembangnya zaman, memek ini menjadi makanan khas untuk menyambut tamu penting yang datang ke Simeulue serta perayaan di hari-hari tertentu.
“Menurut masyarakat Simeulue, masakan ini tidak diketahui awal kemunculannya, namun reseb bubur memek sudah menjadi turun temurun dari orang tua sebelumnya, bahkan hingga saat ini sudah banyak digunakan untuk acara-acara tertentu,”
salah satu warga Simeulue, Almawati, mengatakan, nama memek memiliki arti mengunyah-nguyah atau menggigit.
Pada masa dahulu, nenek moyang mereka kerap mengunyah-nguyah beras ketan yang sudah dicampur pisang sehingga muncul istilah mamemek. Lambat laun, makanan tersebut disebut dengan memek.
“Di daerah kami tetap dibilang namanya memek. Tidak boleh diganti namanya,” ujar Almawati.
Menurut Almawati, masyarakat Simeulue sejak zaman dulu membuat memek untuk disantap bareng keluarga. ” Ini makanan khas Simeulue, warisan lelulur,” kata Almawati lagi.
Kuliner memek ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 2019 lalu.