Menanti Munculnya Pemimpin Aceh yang Visioner Menjelang Pilkada

Oleh: Dr. Zainuddin, SE.,M.Si.

ACEHSATU.COM – Ada kebaikan hingar-bingar semarak memunculkan personal-personal untuk berkompetisi pada suskesi tahun 2022, baik ditingkat satu maupun ditingkat dua, namun tidak hanya pada tataran ketokohan semata melainkan harus diikuti menyusun draf awal menyangkut visi, misi dan tujuan untuk mencapai visi, misi dan tujuan dari daerah yang bersangkutan.

Agar masyarakat dapat member penilaiannya awal dan sebagai bentuk daya tarik dari masyarakat untuk menjadi bagian (partisipasi) memberi pendapat atau opininya.

Karena, yang terbaik sebenarnya dalam menyaring calon tidak hanya fokus kepada ketokohan semata, melainkan harus yang memiliki kemampuan yang mumpuni terutama konsep-konsep pembangunan kedepan yang memihak kepada publik.

Sangat penting disini jangan beranggapan bahwa mencari sosok pemimpin yang berpengalaman dan itu harus dibuang jauh-jauh, karena ketertinggalan kita akibat salah memformulasikan kemampuan yang selalu dihubungkan dengan pengalaman, padahal jauh lebih penting untuk mencapai perubahan itu harus dipimpin oleh yang terdidik.

Alasannya yang terdidiklah yang memiliki analisis dan kemampuan mengimplementasikan sebuah program, dan biasanya yang berpengalaman akan cenderung mengulangi pengalamannya diwaktu-waktu yang akan datang, akan tetapi ini bukan berarti pengalaman tidak penting sebagai variabel pendukung.

Dalam tulisan ini saya menyoroti tentang visi ekonomi yang harus dimunculkan mulai dari sekarang walaupun masih jauh dari arena kompetisi suksesi di Aceh ini.

Kembali lagi pada tujuan utama keberadaan seorang pemimpin suatu daerah adalah salah satu yang penting dan utama adalah membawa rakyat yang dipimpin itu menuju kemakmuran bersama, baik itu makmur dalam arti fisik maupun makmur dalam arti non fisik seperti ilmu pengetahuan, keimanan dan lainya.

Dengan alasan seperti itu, maka pada suksesi tahun 2022 sangat dituntut bagi rakyat sebagai pemberi mandat harus kepada yang memiliki pengetahuan dan pemikiran ekonomi yang baik, artinya jangan terlalu pintar pada konsep ekonomi kemakmuran keluarganya saja begitu.

Dalam memunculkan personal-personal untuk bersaing pada even 2022 jangan sampai dengan model-model kultus yang sangat kental, dan harus dengan konsep pendekatan demokrasi dengan sasaran pada kapabilitas, kredibilitas, intergritas yang diharpkan mampu menahkodai daerah dengan segala kelebihan dan kekurangan potensi daerah kea rah lebih baik.

Menyangkut visi seorang pemimpin di Aceh harus yang harus ada penekanan pada bidang ekonomi menurut saya antara lain secara umum adalah pahami potensi daerah , artinya jangan terjebak pada keikut-ikutan.

Kemajuan sebuah daerah tidak harus sama perlakuan dengan daerah lain, seperti contoh daerah Pijay dengan Banda Aceh ini harus berbeda perlakuannya.

Jika di Pijay potensi daerah secara kasat mata (bisa didalami lagi nanti) adalah arah pengembangannya bidang pertanian padi, perkebunan rakyat, pertenakan, perikanan jadi semuan kemampuan harus diarahkan pada bidang-bidang ini termasuk industry turunannya.

Kemudian, Banda Aceh yang merupakan ibu kota provisni harus berfikir berbeda dengan Pijay, dan dia harus kepada industri jasa yang utama terutama pengandaan barang publik yang mendukung industri jasa berkembang, dan bukan berarti selain jasa tidak dibenarkan akan tetapi harus ada kalkulasi melihat sumber daya itu sendiri, dan jangan sampailah seorang calon Wali Kota Banda Aceh kepingin mengembangkan perkebunan rakyat dan pertanian penanaman padi tidak tepat.

Maknanya seorang pemimpin tidak harus seragam dalam pengimplementasi ikhtiar menuju kemakmuran, dan yang maju itu dalam ekonomi sebenarnya yang berbeda atau dengan kata lain pemimpin Aceh kedepan yang mampu menggali cara yang spesifik atau spesialisasi untuk dilakukan guna mencapai rakyat makmur.

Jangan sampai seorang pemimpin Aceh kedepan hanya sibuk serimonial belaka, dan jangan sibuk pencitraan seperti seorang bupati/walkot hanya menyiram bunga ataman dan menyapu jalan akan tetapi yang sibuk mengimplementasi progam ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan rakyatnya. dan untuk penysunan visi, misi dan tujuan seorang pemimpin harus selalu mengarah untuk mencapai visi, misi dan tujuan daerahnya.

Nah, bila ingin Aceh maju kedepan sudah mulai sekarang hindari politik immoral dan kembangkan partisipasi masyarakat, dan model diskusi group sekarang saya perhatikan sudah menuju hal yang baik tetapi dengan catatan harus dengan ide atau gagasan tidak menyinggung atau menyakiti yang lain.

Dan sepertinya di Aceh tak kurang sumber daya manusia bila politik partisipatif bisa dijalankan dan tingkat pengahayatan kehidupan yang benar pasti tidak akan terjadi gesekan-gesekan yang berarti, maknanya sudah tidak masanya lagi untuk mempergunakan power tetapi sudah saatnya kita untuk memperkompetisi ide atau gagasan program agar terhindar keterbelakangan bagi daerah-daerah di Aceh secara khusus dan Aceh secara umum.

Apa dampak bila suksesi 2022 hanya mampu melahirkan pemimpin yang bukan karena program ekonomi yang mumpuni tetapi karena faktor kultus-kultus pada hal tertentu, akan mengakibatkan Aceh tak mampu mendaki jurang kemiskinan untuk menuju puncak kemakmuran.

Kenapa setiap tulisan saya selalu menitik beratkan pada kemakmuran dan pengentasan kemiskinan, karena variabel kemiskinan merupakan akumulasi dari berbagai variabel-variabel ekonomi lainya, dan salah satu yang penting adalah variabel kepemimpinan yang sangat menentukan apakah kemiskinan menetap lama atau akan segera angkat kaki di suatu daerah sangan ditentukan oleh pemimpin daerah itu sendiri.

Oleh sebab itu, seperti pengalaman yang sudah lalu ketika ada publis tentang daerah termiskin dan Aceh masuk ke kategori termiskin, hakikatnya itu bentuk belum mampu para pemimpinnya membuat program dan implementasi dari programnya belum berhasil.

Dalam kenyataannya Aceh masih tercatat daerah dengan penduduknya termiskin di sumatera akan bisa terselesaikan apabila pada suksesi kedepan dapat melahirkan pemimipin yang memimpin team dengan konsep ekonomi dan lainya berpihak kepada rakyat dan memiliki kemampuan kearah tersebut.

Demikian, tulisan pendek ini untuk meramaikan suasana dan karena setiap ucapan dan tulisan adalah doa yang bakal diijabah oleh Yang Maha Kuasa.

Semoga kita sebagai rakyat Aceh dikehendaki oleh Nya pemimpin yang takut akan azab Allah sehingga dia senantiasa takut berbuat curang dan mencurangi rakyatnya, hanya pemimpin yang takut kepada Azab Allah lah yang akan adil dan merakyat, dan jika tidak yang bersangkutan berlaku sekedar pencitraan. Amiin. (*)

(Penulis Adalah Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik, Dosen Pada Universitas Serambi Mekah Aceh)