https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Tunjangan Pilot Pesawat Tempur
Foto Sukamta: dok. PKS

ACEHSATU.COM | JAKARTA – Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, mengungkap perbedaan kesejahteraan TNI dan Polri bukan di gaji pokok, melainkan tunjangan.

Tunjangan bagi prajurit TNI disebut masih memprihatinkan.

“Jadi yang masalah itu bukan gaji pokoknya, gaji pokoknya sudah standar, tetapi gaji untuk misalnya tunjangan ketika ditugaskan ke daerah lain, misalnya ke Aceh, ditugaskan ke Papua, itu ada tunjangannya kan itu. Nah itu masih kecil banget,” ujar Sukamta kepada wartawan, Jumat (4/9/2020).

Sukamta kemudian memberikan contoh tunjangan pilot pesawat tempur TNI. Dia menyebut tunjangan pilot pesawat tempur TNI sebesar Rp 50 ribu per hari.

“Misalnya juga gaji pilot pesawat tempur kita berapa coba? Tunjangannya paling Rp 50 ribu per hari, itu kan hanya gagah di seragamnya doang kan,” katanya.

Sukamta menegaskan kesenjangan antara TNI-Polri itu bukan dari besaran gaji. Gaji itu sama, tetapi yang membedakan itu adalah tunjangan, seperti tunjangan ketika mereka dikirim ke daerah perbatasan dan juga tunjangan makan.

"Gajinya sama. Yang beda ada tunjangan-tunjangan, misalnya untuk yang ditugaskan ke daerah-daerah perbatasan, uang lauk pauk, dan lain-lain, kemarin dibacakan oleh Tim dari Kemhan (Kementerian Pertahanan)," jelasnya.

Sebelumnya, Sukamta menyoroti kesejahteraan prajurit TNI ketika rapat kerja Komisi I DPR dengan Kementerian Pertahanan. Dia menilai kecemburuan prajurit TNI terkait kesejahteraan institusi lain kerap jadi pemicu keributan.

Sukamta awalnya berbicara soal keprihatinannya terhadap kesejahteraan prajurit TNI dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertahanan, Rabu (2/9) kemarin, Sukamta membandingkan kesejahteraan prajurit TNI dengan personel Polri. Menurutnya, kesejahteraan prajurit TNI berada di bawah personel Polri.

"Iya, selama ini, kesejahteraan Prajurit TNI masih memprihatinkan dan jauh dari standar layak," kata Sukamta kepada wartawan, Rabu (2/9).

"Perumahan yang biasanya sangat sederhana dan jumlahnya belum memenuhi, uang kompensasi tugas yang dengan standarnya masih harga 20 tahun yang lalu, sampai tunjangan kinerja yang belum cukup. Misalnya, uang lauk-pauk Rp 32 ribu per hari per keluarga, untuk prajurit yang ditugaskan ke daerah jauh atau di kapal beberapa bulan, Rp 14 ribu per hari," papar Sukamta.

Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono menanggapi Sukamta dengan menyatakan dia pun menangis jika melihat kesejahteraan prajurit TNI. Dia pun setuju dengan pendapat Sukamta terkait kesejahteraan TNI yang memprihatinkan.

Karena ini rapat terbuka, saya tentu enggak bisa menjawab dengan secara terbuka, karena nanti menyangkut hal-hal yang sifatnya sensitif. Tapi saya setuju, saya pun menangis, Pak, sama seperti Bapak, begitu saya masuk ditugaskan Pak Presiden membantu Pak Prabowo," ujar Trenggono dalam rapat.

Trenggono lalu bercerita tentang sopirnya yang belum punya aset cukup. Dia tak ingin ada rasa kecemburuan di antara prajurit TNI.

"Kami berdua selalu berbagi bagaimana TNI sejahtera, kadang-kadang saya tanya sopir saya, 'kamu sudah punya mobil belum?', 'belum, siap belum', begitu, aduh. Kalau saya kasih rumah buat sopir nanti yang lain bagaimana? Itu salah satu contoh, dari mana ini, kira-kira begitu," ucapnya. (*)