MaTA: Kebijakan Touring Moge tidak Ada Relevansi dengan Tugas BRA

MaTA
Koordinator MaTA, Alfian kritisi

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Masyarakat Trasnparansi Aceh (MaTA) menolak secara tegas penggunaan anggaran Aceh untuk “Touring Moge” dengan mengambil momentum memperingati Hari Perdamaian Aceh.

“Ini kebijakan gagal paham dan sama sekali tidak waras ketika Pemerintah Aceh melakukan program yang tidak berkadilan terhadap korban konflik,” kata Koordinator MaTA, Alfian kepada ACEHSATU.com, Rabu 12/8/2020).

Menurut Alfian, BRA yang dibentuk dengan Qanun No. 6 Tahun 2015 tidak memiliki mandat sama sekali untuk bicara investasi Aceh sebagaimana diungkapkan oleh ketua BRA.

“Baca kembali qanunnya sehingga anda tidak masuk dalam lingkaran gagal paham,” tambah Alfian.

Touring Moge
Koordinator MaTA, Alfian. Foto AcehOnline/Reza Gunawan

Dalam catatan MaTA, kata Alfian, Pemerintah Aceh dalam tahun 2020 bukan ini saja mengeluarkan kebijakan berulang tidak waras dan ini patut dihentikan.

BRA dibentuk dengan semangat perdamaian bagi korban konflik Aceh bukan untuk pejarahan anggaran Rp 305,6 juta.

Berdasarkan fakta tersebut maka MaTA menyatakan sikap sebagai berikut:

Pertama, Program touring moge dengan alasan memberikan rasa aman dan minat investasi sama sekali tidak relevansi dengan tugas dan wewenang BRA oleh karena itu program tersebut patut dihentikan segera, baru kali ini Tour Moge menggunakan anggaran rakyat dan ini sangat memalukan.

Kedua, Pemerintah Aceh sudah saatnya memikirkan program yang waras waras saja, misalnya dimomentum hari damai, bertemu dengan korban konflik, sejauhmana pemenuhan hak hak korban, pemulihan ekonomi korban konflik dan memastikan hak pendidikan terhadap anak korban konflik dan ini seharusnya lebih ideal.

Ketiga, BRA memiliki mandat yang berasaskan Keadilan, program touring moge ini jelas tidak memilik rasa keadilan karna di saat pemenuhan dan pemulihan korban belum tuntas anda malah menjadikan mareka sebagai objek untuk kepentingan penikmat kekuasaan dan ini sama sekali tidak dapat ditoleransikan.

Keempat, MaTA mendesak dewan  pengarah BRA (Wali Nanggroe, Ketua DPRA, Pangdam, Kapolda, Kejati dan MPU Aceh untuk dapat menghentikan Program Touring Moge sehingga tidak melukai mental bagi korban konflik yang saat ini belum ada kepastian terhadap keberlangsungan hidupnya dan dana tersebut dapat dialihkan program yang menyetuh langsung terhadap korban.

MaTA sendiri sangat percaya terhadap kemampuan badan pengarah BRA untuk dapat memastikan pembatalan terhadap program tersebut karna memboroskan anggaran saja. (*)