Mark Zuckerberg ‘Lindungi’ Postingan Trump Terkait Kematian George Floyd, Pegawai Facebook Mengundurkan Diri

Langkah mundur dilakukan karena Mark Zuckerberg menolak untuk menyaring postingan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait penjarahan yang terjadi beberapa waktu lalu.

Mark Zuckerberg ‘Lindungi’ Postingan Trump Terkait Kematian George Floyd, Pegawai Facebook Mengundurkan Diri

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Pendiri raksasa media sosial Facebook Mark Zuckerberg dinilai telah melindungi postingan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bernada kekerasan terkait kematian George Floyd beberapa waktu lalu.

Akibatnya, salah seorang pegawai Facebook bernama Timothy Aveni memilih mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.

Langkah mundur dilakukan karena Mark Zuckerberg menolak untuk menyaring postingan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait penjarahan yang terjadi beberapa waktu lalu.

Mengutip detikcom dari CNN, Aveni yang mengisi posisi software engineering ini mengaku kecewa dengan Zuckerberg dan ia khawatir jika Facebook akan menjadi platform yang penuh ujaran kekerasan di AS.

Pria berusia 22 tahun ini menyebut jika Zuckerberg telah meninggalkan prinsip utama Facebook untuk menghentikan ujaran kekerasan dalam bentuk apapun di platformnya.

“Zuck berulang kali bilang ke kami jika kekerasan dalam bentuk apapun tidak akan ditoleransi dalam platform, bahkan jika itu dilakukan oleh Presiden AS sekalipun,” kata Aveni dikutip dari CNN, Senin (8/6/2020).

Dia mengungkapkan ada ketidakadilan antara arahan Zuckerberg dan keputusan Facebook untuk tetap mengizinkan unggahan terkait kekerasan yang selama ini dilakukan.

Misalnya yang memicu kekerasan terhadap Rohingya. Pada 2018 Facebook mengakui jika mereka gagal mencegah pertumpahan darah di Myanmar akibat postingan-postingan yang ada di Facebook. Hal ini meskipun perusahaan telah menerapkan prosedur baru misalnya berita hoaks, ujaran kebencian, hasutan untuk kekerasan.

Sebelumnya Zuckerberg telah berjanji jika ujaran untuk kekerasan ini tidak akan ditoleransi. Dalam sebuah kongres Oktober tahun lalu Zuckerberg menjelaskan hal ini berlaku untuk semua orang termasuk politisi. “Jika ada hal-hal yang menyerukan kekerasan dan berisiko besar, kami akan menghapus konten tersebut,” ujarnya.

Namun ketika terjadi kerusuhan di AS pekan lalu, Presiden Trump mengunggah di Facebook dan Twitter sebuah paragraf terkait meninggalnya George Floyd. Postingan tersebut dinilai dapat memicu kerusuhan yang baru. Namun Twitter mengambil langkah cepat dengan memblokir postingan Trump. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.