LIPUTAN KHUSUS: Ikan Lae Longkib Mati Mendadak; Pupus Harapan Pak Tahar Dicemari Limbah
Laporan Rinto Berutu
ACEHSATU.COM – MIMIK wajah Pak Tahar (60) tampak beda dari biasanya. Wajah cerianya kini berubah masam dengan rona mengandung kejengkelan.
Pak Tahar merupakan satu dari sekian warga di sekitar aliran Sungai Lae Longkib Kota Subulussalam yang sehari-hari menggantungkan hidup dari menangkap ikan di sungai itu. Profesinya adalah nelayan tradional. Usaha itu sudah sejak lama ia geluti untuk menafkahi istri dan ketiga anaknya.
Dengan peralatan sederhana seperti jaring, bubu, dan kail menjadi andalan Pak Tahar. Ditemani sampan miliknya yang terlihat sebaya dengan usianya yang sudah tidak muda lagi, Pak Tahar saban hari mengarungi arus teduh Sungai Lae Longkib.
Wajah Pak Tahar terlihat menyiratkan kegeraman sambil mendayung sampannya ketika ACEHSATU.COM menyapanya di jembatan kayu yang tak jauh dari lokasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Bumi Daya Agrotamas Subulussalam, Kamis (18/6/2020).
Benar saja, Pak Tahar kesal dan kecewa karena menjelang siang ia belum mendapat hasil seperti hari-hari sebelumnya.
“Ikan mendadak mati kemarin dari pukul delapan pagi, besar kecil, habis semua,” ucapnya.
Ia mengaku dua hari sebelumnya, Selasa (16/6/2020), di sungai yang menjadi andalan ekonominya itu terjadi fenomena langka yang belum pernah terjadi sebelum ini.
“Kalau ikan diracun sepertinya tidak, tetapi kalau seperti limbah iya. Kemarin warna air menguning seperti limbah,” ungkap Pak Tahar.
Diakuinya semenjak peristiwa tersebut ia menjadi kehilangan sumber penghasilan. Sebelum terjadinya fenomena ikan mati mendadak, Pak Tahar bisa berpenghasilan antara seratus ribu perhari tetapi terkadang juga cuma lima puluh ribu rupiah.
“Mencari ikan di sini kemudian dijual kadang dapat seratus ribu, kadang cuma lima puluh ribu gak juga menentu pak,” lirih Pak Tahar.
Tetapi pasca ribuan ikan mati mendadak, ia memastikan akan pulang dengan tidak membawa hasil kepada keluarganya.
Pak Tahar berharap kepada Pemerintah setempat untuk dapat memperhatikan nasibnya karena sumber andalan ekonomi dia dan orang seprofesi dengannya telah pupus tiada harapan dikarenakan dugaan limbah yang membunuh spesies ikan yang mati mendadak di sungai itu. (*)