Lagi-lagi Lembu Jadi Korban, Tidak Ada Prikehewanan

ACEHSATU.COM – Dasar lembu, begitulah teriakan murka seorang ibu rumah tangga tatkala bunga kesayangannya dilahap habis sang binatang. Tidak cukup hanya sumpah serapah terhadap si lembu, bahkan nenek moyangnya lembu pun ikut terkena getahnya.

Begitu pula kekesalan para pengendara kendaraan yang melintasi jalan raya kerap terjadi karena ulah gerombolan lembu yang sesuka hati menghalangi jalan. Tak jarang menjadi sebab musabab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Lembu pun jadi heboh.

Ya! Di Aceh soal lembu memang selalu bikin heboh. Apalagi bila momentum Hari Meugang dan harga daging lembu melambung tinggi, maka seantero Aceh mungkin juga dunia menjadi semakin heboh.

Dalam konteks budaya dan tradisi orang Aceh, lembu memiliki arti penting dalam sejarah kehidupan masyarakat. lembu tidak hanya dipandang sebagai hewan peliharaan, namun lebih dari itu lembu menjadi ikon kelas sosial yang mewakili kelompok orang kaya.

Selain itu lembu juga menjadi aset yang terus bertambah nilainya dari hari ke hari bila dipandang sebagai aset ekonomi. lembu dapat disetarakan dengan deposito atau tabungan yang tidak tergerus oleh inflasi karena kebijakan diskonto bank sentral.

Bagi masyarakat petani dan peladang, tenaga lembu dimanfaatkan sebagai alat pengolah tanah atau bajak sawah yang ramah lingkungan dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak, cukup hanya dengan sajian rumput hijau segar dan air minum se-ember sebagai imbalannya, lalu sang lembu pun dengan penuh loyalitas bekerja untuk Tuannya.

Termasuk pula dijadikan sebagai alat transportasi, lembu tidak pernah protes apalagi melakukan demo besar-besaran seperti di Amerika Serikat saat ini meski terkadang sang pengendali menghadiahi cemeti yang membikin perih punggungnya. Ia tetap berjalan dengan tenang.

Itulah sekelumit tentang jasa-jasa lembu bagi manusia.

Namun hari ini publik Aceh kembali membicarakan sang lembu. Kali ini pembicaraan seputar lembu kurus yang tak terurus dan kemudian mati di padang tandus.

Diberitakan ratusan ekor lembu tepatnya sebanyak 400 ekor di unit kerja pelaksana teknis UPTD Saree Aceh Besar yang berada di bawah Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh itu, ditemukan dalam kondisi sekarat, tidak cukup makanan dan jauh dari kesan terawat.

Padahal jumlah anggaran yang telah dikucurkan untuk memenuhi visi Aceh Troe mencapai ratusan milyar rupiah. Uang sejumlah itu bukanlah sedikit. Bila anggaran tersebut digunakan untuk membangun rumah dhuafa maka bisa selesai ratusan unit rumah.

Pemborosan anggaran negara yang jor-joran itu telah melukai rasa keadilan rakyat Aceh yang terus menderita kemiskinan akibat ulah pemimpin daerah yang tidak memiliki rasa empati. Belum lagi dampak semasa konflik pulih kembali kini luka baru muncul lagi.

Manusia memang lebih tamak dari lembu yang sedang lapar sekalipun. Nafsu ingin cepat kaya dengan cara-cara yang mendhalimi orang lain pun tidak takut untuk dilakukan. Patut diduga kasus lembu kurus dan mati tidak terurus itu bagian dari lahan empuk sang pejabat serakah.

Sadarlah wahai pemegang amanah, cukup sudah rakyat ini menderita oleh karena kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada mereka. Kasihan uang rakyat dirampok dengan cara-cara culas, menipu dan menikam dari belakang.

Dari apakah hati kita terbuat?

Kita ingin kasus ini diusut tuntas. Biarkan hukum yang adil dan jujur bekerja untuk mengungkapkan benang kusut dan jalan tikus menilep uang rakyat dengan mengorbankan sang lembu.

Siapapun yang terlibat dan bermain-main dengan nasib rakyat dan mengorbankan lembu dengan cara tanpa perikehewanan dan perikemanusiaan harus diseret kehadapan pengadilan.

Kita tunggu tindak lanjutnya…

Lihat Video Ini: