Laporan Asnawi Ali | Swedia
ACEHSATU.COM, STOCKHOLM – Meski jauh dari tanah kelahiran, masyarakat Aceh yang menetap di Swedia tetap mempertahankan tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam dengan penuh makna.
Komunitas diaspora Aceh berkumpul di sebuah apartemen di pinggiran ibu kota Stockholm untuk menggelar acara perayaan sederhana namun penuh kehangatan di musim sejuk pada Minggu (17/11/2024).
Di tengah cuaca musim dingin yang mulai menusuk tulang, maulid digelar di ruang tertutup apartemen yang disulap menjadi tempat silaturahmi.
Suasana hangat terasa ketika para anggota komunitas, yang terdiri dari lintas generasi—baik orang tua, pemuda, maupun anak-anak, hadir dengan semangat kekeluargaan.
Mereka datang dari berbagai kota di Swedia, menempuh perjalanan panjang untuk bertemu dan merayakan tradisi bersama dengan sederhana.
Diaspora Aceh di Swedia tergabung dalam organisasi Svenska Acehniska Forening atau Persatuan Aceh di Swedia sudah lama aktif menjaga tradisi dan budaya Aceh di tanah rantau.
Mereka umumnya masih fasih berbahasa Aceh, termasuk anak-anak yang lahir dan besar di Swedia.
Meskipun sebagian besar telah menjadi salah satu warga negara Uni Eropa itu, mereka tetap menjunjung tinggi adat dan tradisi indatunya.
Asnawi Ali, salah seorang anggota diaspora yang hadir, menjelaskan, peringatan Maulid Nabi yang digelar ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan sebuah upaya untuk memperkenalkan budaya Aceh kepada generasi muda yang lahir di Swedia.
Swedia dikenal sebagai negara sekuler yang minim pengajaran agama di sekolah umum, sehingga acara ini menjadi momen penting bagi para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai Islam dan budaya Aceh kepada anak-anak mereka.
Acara ini dimulai dengan salat berjamaah, dilanjutkan dengan pembacaan nazam dan syair dalam bahasa Aceh serta bahasa Arab, yang mengisahkan perjalanan hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah bersama sahabatnya, Abu Bakar.
Shalawat dan doa yang dibacakan diambil dari booklet khusus yang didatangkan langsung dari kampung mereka menambah suasana ke Aceh an perayaannya.
Para ibu-ibu diaspora turut serta dalam memasak hidangan khas Aceh untuk disantap bersama sebagai bentuk sedekah kenduri.
Dalam budaya Aceh, perayaan Maulid tidak hanya dilakukan pada satu hari, melainkan bisa
Acara ini menunjukkan betapa eratnya ikatan komunitas Aceh meski mereka berada jauh dari kampung halaman.
Di tengah kehidupan modern dan individualistik Swedia, para diaspora Aceh mampu menjaga identitas dan tradisi mereka, sekaligus menjadi contoh bagi komunitas Muslim lainnya di Eropa. ***