KKA: Tes Covid-19 Secara Massal di Aceh untuk Menghabiskan Anggaran

Muhammad Daud, SKM., M.Si Ketua Lembaga Komunitas Kesehatan Aceh (KKA) dan juga ketua Ikatan Alumni Magister Ilmu Kebencanaan (IKAMIK) Unsyiah mengatakan tidak perlu melakukan tes covid-19 massal bagi rakyat Aceh. 

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Muhammad Daud, SKM., M.Si Ketua Lembaga Komunitas Kesehatan Aceh (KKA) dan juga ketua Ikatan Alumni Magister Ilmu Kebencanaan (IKAMIK) Unsyiah mengatakan tidak perlu melakukan tes covid-19 massal bagi rakyat Aceh.

“Untuk apa tes covid massal dilakukan? apa manfaatnya? kalaupun hasil tesnya nanti negatif apakah bisa menjamin kedepan orang tersebut tidak akan terinfeksi virus corona,” ungkap Muhammad Daud kepada AcehSatu. Com, Selasa (02/06/2020).

 

Menurut Daud, tes Covid yang selama ini dilakukan justru membuat masyarakat panik dan berisiko menurunkan imun tubuh sehingga mudah terinfeksi virus corona.

Daud mencontohkan hasil tes swab pasien asal Banda Aceh inisial I (38) tanggal 27 Mei dinyatakan positif, tanggal 28 mei masih positif, kemudian tanggal 29 Mei dinyatakan negatif. Hal seperti ini akan sangat membingungkan masyarakat dan merugikan pasien serta keluarganya.

Terkait hebohnya usulan tes Covid massal bagi masyarakat Aceh, menurut Daud terkesan untuk menghabiskan anggaran penanganan Covid Aceh. Mengapa tidak, isu ini sengaja dilempar ke publik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat Aceh.

Kemudian nantinya Pemerintah Aceh dapat menganggarkan sejumlah dana tes Covid massal di Aceh mengingat pasien Covid di Aceh sangat minim dibandingkan dengan Provinsi lain, tentunya dana penanganan Covid Aceh masih banyak tersisa.

“Jika harga tes swab per orang sebesar 1,5 juta rupiah dikalikan dengan 500.000 masyarakat Aceh atau 10 persen penduduk Aceh, maka akan menghabiskan anggaran sebesar 750 Milyar rupiah belum lagi tes Covid dilakukan terhadap 5 juta rakyat Aceh, berapa anggaran yang akan dihabiskan?, ” Jelas Muhammad Daud.

Daud juga meminta pemerintah Aceh untuk menghentikan rapid test yang selama ini gencar dilakukan diwarung-warung kopi dan tempat keramaian lainnya, karena jelas-jelas tidak bermanfaat dan menimbulkan kepanikan yang luar biasa, sebab semua hasil rapid test yang dinyatakan positif setelah dilakukan tes swab hasilnya negatif.

Padahal tim gugus tugas cukup faham bahwa sampel yang digunakan untuk keakuratan tes covid bukanlah darah melainkan sampel lendir tenggorokan melalui tes swab. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.