Kisah Pria Asal Banda Aceh Menjadi Korban Human Trafficking di Negara Angkor Wat

"Lebih parahnya lagi jika kita tidak sesuai kualifikasi perusahaan, maka kita akan dijual ke perusahaan lain, nah disini lah nyawa kita akan terancam bahkan lenyap,"
Kisah penyelamatan korban perdagangan manusia asal Aceh di Kamboja
Reza pekerja migran Indonesia asal Aceh menjadi korban human trafficking selama bekerja di perusahaan di Kamboja berhasil menyelamatkan diri (HO/Dok.pribadi)

ACEHSATU.COM | Banda Aceh – Reza (26) mencoba mengubah nasib di negara Monarkhi Konstitusional atau dikenal dengan negara angkor wat. Berawal dari informasi lowongan kerja ke Kamboja dengan gaji fantastis yang didapatkan dari media sosial Facebook.

Reza Pria asal Banda Aceh tersebut mendapat pengalaman yang membawanya menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking). 

Negara Angkor Wat kamboja (foto ist)

Sesampai disana, Reza tidak pekerjakan sesuai informasi di lowongan kerja seperti yang diharapkan. Pasalnya informasi yang ia terima di Facebook menjanjikannya bekerja sebagai operator dengan iming-iming gaji Rp10 hingga Rp15 juta di perusahaan game online.

Namun sebaliknya, sesampai disana Reza dipaksa bekerja sebagai scammer atau penipu. 

“Ketika esok mulai bekerja paspor kami di ambil dan di hari itu juga mereka memberi info kepada kami bahwasanya itu perusahaan penipuan,” kata Reza di Banda Aceh, Selasa, (20/12/2022). 

Reza bercerita bahwa ia bersama rekan-rekannya di perusahaan penipuan itu dipaksa berpura-pura menjadi wanita karir dengan menggunakan akun palsu untuk memangsa tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri untuk berinvestasi bodong dengan modal awal 200 dolar AS.

“Bahkan, saat itu ada yang berhasil ditipu sampai Rp100 juta atau setara 1.000 dolar AS, saya melihat sendiri banyak sekali TKI yang menjadi korban uang puluhan dan ratusan juta pun lenyap dengan cara mereka melakukan scam dan penipuan,” ujar Reza. 

Apalah daya Nasi menjadi bubur, Reza menolak tapi dia tak berdaya melawan orang-orang tersebut.

Reza selalu mendapatkan ancaman dan hukuman dari bos mereka selama di sana. Terlebih lagi jika tidak berhasil mendapatkan target setiap hari, para pekerja migran itu akan diberi hukuman fisik dan diancam dijual.  

“Lebih parahnya lagi jika kita tidak sesuai kualifikasi perusahaan, maka kita akan dijual ke perusahaan lain, nah disini lah nyawa kita akan terancam bahkan lenyap,” Ungkap Reza.

Aksi perdagangan manusia (human trafficking) itu turut disaksikan langsung oleh Reza saat bekerja di sana.

Perusahaan memberikan imbalan senilai 300 dolar AS per kepala bagi mereka yang berhasil membawa tenaga kerja untuk dimasukkan perusahaan penipuan itu, Tambah Reza lagi.

Reza mendapati banyak pekerja menipu teman-teman serta saudara sendiri untuk bisa dimasukkan ke perusahaan itu dengan iming-iming diberikan upah senilai 300 dolar AS.

“Saya melihat dengan mata saya mereka yang membawa orang langsung mendapat upah tersebut,” katanya. 

Reza mengungkapkan bahwa banyak sekali pekerja migran Indonesia yang terjerumus di perusahaan penipuan yang kata dia milik orang China tersebut.

Bahkan, masih ada sekitar 70 orang Indonesia yang bekerja di dalam satu gedung itu, dan diduga jumlahnya masih banyak lagi di tempat lain.

“Untuk dari Aceh cuma saya sendiri, rata-rata di sana banyak orang Indonesia yang berasal dari Medan yang terjebak serta masih ingin bekerja di sana,” tutup Reza.