Keripik dan Rambutan Pedagang Dusun Mina Jalan Takengon Diminati Pelintas 

Keripik dan Rambutan Pedagang Dusun Mina Jalan Takengon Diminati Pelintas

Keripik dan Rambutan Pedagang Dusun Mina Jalan Takengon Diminati Pelintas

ACEHSATU.COM | BIREUEN – Keberadaan kios-kios kecil dipinggiran jalan lintas Bireuen-Takengon, dikawasan Dusun Mina, Gampong Krueng Simpo, Kecamatan Juli, Bireuen, menjadi usaha ekonomi produktif dan dapat memberi peluang kerja serta menampung hasil panen buah-buahan dari kebun warga setempat.

Salah satu usaha mandiri itu milik Mukhtar (50) dipinggir kebun Km 22 sehari-harinya menjual keripik pisang, rambutan manis, pisang ayam atau pisang berangan, bagi pelintas berbagai daerah datang dari arah Bireuen dan Takengon, juga sekitarnya.

Mukhtar ditemui Acehsatu.Com, Minggu (07/02/2021) siang mengatakan, kios itu baru didirikannya awal Desember 2020, agar memiliki usaha atau penghasilan untuk menambah penghasilan memenuhi kebutuhan hidup bersama istri dan tiga anaknya, selain pendapatan dari berkebun.

Untuk berjualan Mukhtar dibantu istrinya Nurhayati (40) dan anaknya, selain itu juga dapat mempekerjakan beberapa warga untuk memanen dan mengikat rambutan dan dijual dikiosnya itu.

Dalam bincang-bincang dengan awak media ini, dijelaskan juga. Untuk bahan baku pisang Wak, dibeli dengan dari kebun warga sekitar seharga Rp3000/sisir dan untuk tiga hari sekali memproduksi keripik butuh 15 tandan pisang yang 130 sisir.

Selanjutnya keripik pisang itu langsung dimasak atau digoreng di dapur juga telah disediakan di areal kebun disamping kios, letaknya itu tidak jauh dari kediamannya, dan telah berencana mengurus izin usaha keripik diproduksinya sendiri tersebut.

"Keripik saya jual keripik manis dan keripik tawar, satu bungkus Rp10 ribu kalau dibeli 3 bungkus Rp25 ribu," jelas Mukhtar seraya mengatakan, juga menjual pisang ayam sesuai besar dan kecil sisirnya berkisar Rp10 ribu s/d Rp5 ribu/sisir, yang dibelinya dari kebun warga sekitar.

Begitu juga dengan buah rambutan dibeli dan dipetik langsung pekerja dari kebun warga sekitar, sesuai besar dan kecil buah harga Rp300 s/d Rp200/buah, kemudian diikat-ikat dan dijual kepada pelintas, yang kecil dua ikat Rp15 ribu dan tiga ikat besar Rp25 ribu.

"Saat kondisi ramai pelintas dari Bireuen dan Takengon seperti hari Jumat, Sabtu dan Minggu, sehari laku buah rambutan antara 150 s/d 200 ikat, untuk mengikat rambutan baru petik ada dua pekerja, saya beri ongkos Rp500 satu ikat," jelasnya.

Sementara itu, Mukhtar juga mengatakan sedangkan kios kayu beratap daun rumbia tempatnya berjualan buah-buahan, keripik dipinggir jalan dan jembatan Alue Lur Km 22 sebelumnya, tidak dibongkarnya lagi.

Supaya kios kayu tanpa dinding itu dapat digunakan oleh warga melintas apabila kehujanan dalam menempuh perjalanan ataupun mengalami kerusakan kenderaan setiba dilokasi, berada sekitar 200 meter ke arah Bireuen dari kios barunya.

"Kios lama itu saya sedekahkan untuk masyarakat yang melintas dijalan Bireuen-Takengon, kalau nanti atapnya rusak atau bocor saya perbaiki kembali, supaya tetap bisa disinggahi untuk beristirahat," ungkap Mukhtar. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.