ACEHSATU.COM | Meulaboh – Sejumlah perempuan yang tergabung dalam kelompok UMKM di Desa Leukeun, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat memproduksi minyak goreng dari kelapa secara tradisional.
Dalam hal itu sebagai upaya menyiasati kelangkaan minyak goreng bagi masyarakat yang selama ini terjadi.
“Usaha membuat minyak goreng ini sudah lama kami geluti, Alhamdulillah banyak diminati oleh masyarakat,” kata Cut Siti Amidah, warga Desa Leukeun, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, Rabu.
Kelompok perempuan di Desa Leukeun, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, memperlihatkan hasil produksi minyak kelapa hasil olahan rumah tangga, Rabu (2/3/2022). kepada wartawan.
Menurutnya, dalam satu hari kelompok perempuan tersebut mampu memproduksi minyak goreng dari kelapa mencapai 10 liter atau lima bambu per hari, atau sekitar 300 liter per bulan.
Ada pun harga yang dijual ke konsumen mencapai Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per liternya, tergantung dari cara produksi minyak yang dilakukan.
Selama ini, kata Cut Siti Amidah, minyak goreng yang diproduksi oleh kelompok perempuan tersebut sangat diminati oleh masyarakat khususya kaum ibu di Aceh Barat.
Selain harganya yang murah dan bernilai ekonomis, minyak goreng hasil racikan kaum perempuan di Aceh Barat juga memiliki cita rasa khas tersendiri karena terbuat dari kelapa.
Untuk bisa memproduksi satu liter minyak kelapa, kata dia, mereka membutuhkan sekitar delapan hingga 10 buah kelapa, agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
Sedangkan proses produksi minyak goreng kelapa tersebut, dilakukan secara tradisional dan telah dilakukan sejak turun temurun sebagai alternative ketersediaan minyak goreng untuk kebutuhan rumah tangga, tuturnya.
Minyak goreng di Aceh Tamiang sudah tidak langka, tapi mahal
Minyak goreng curah maupun kemasan sudah banyak ditemui baik di toko ritel dan pasar-pasar tradisional di Kabupaten Aceh Tamiang.
“Langka sudah enggak, namun mahal aja. Minyak goreng curah masih Rp15.000 per liter, harusnya kan Rp11.500 per liter,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Aceh Tamiang Erma Hastiani di Aceh Tamiang, Selasa.
Dia menyatakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng tidak terpenuhi, masih banyak ditemukan pedagang menjual di atas HET. “Minyak makan sudah ada barang, harga yang belum normal,” ujarnya.
Baca juga: Aceh Timur Harga Minyak Goreng Curah Rp16 Ribu per Kilogram, Harga Cabe Merah Naik
Menurut Erma Hastiani Kabupaten Aceh Tamiang hari ini akan mendapat pasokan minyak goreng curah berapa pun permintaan akan diantar. Namun pihak dinas masih kesulitan mencari siapa (pedagang) yang mau.
“Karena harganya Rp10.500 per kilogram, kemudian dia (pedagang) harus jual Rp11.500 per kilogram. Kalau untuk wilayah Kota Kuala Simpang diantar ke tempat.
Artinya tidak ada biaya transportasi, jadi dia harus jual sesuai Rp11.500. Tapi kami belum berhasil ini cari siapa yang mau,” sebut Erma Hastiani.
Pengiriman minyak goreng curah ini mendapat subsidi biaya transportasi dari pihak pemasok bekerja sama dengan Disperindag Aceh, sehingga berapa sanggupnya akan dipasok.
Bagi pihak pengusaha yang berminat dapat menghubungi pegawai dinas perdagangan Aceh Tamiang.
“Jadi berapa sanggup yang bayar minyak akan dikirim, karena kan cash. Makanya sebenarnya harus cari grosir, kita kan tidak punya distributor,” tutur Erma.
Sementara untuk penjualan minyak goreng kemasan juga sudah banyak tersedia di ritel-ritel seperti Indomaret dan Alfamart. “Ada ritel yang ada, ada juga kosong. Tapi lumayan lah sudah masuk sekali kali.
Salah seorang karyawan ritel di seputaran Karang Baru, Aceh Tamiang menuturkan persediaan minyak goreng kemasan ada tapi masih terbatas. Bagi masyarakat yang akan membeli juga harus ikuti prosedur atau dibatasi maksimal hanya 2 liter.
“Minyak kemasan kemarin baru masuk. Iya cuma satu merek saja, kemasan 1 liter Rp14.000,” kata pelayan perempuan di ritel Alfamart tersebut.