Karang Ampar, Setumpuk Hutan yang Tersisa untuk Gajah
MATAHARI baru menyingsing dari celah-celah dedaunan.
Dari balik bukit yang mengelilingi Karang Ampar, sang surya menyinari lembah Karang Ampar nan subur.
Karang Ampar adalah desa yang terletak ujung barat Aceh Tengah. Sebuah kawasan hutan tropis yang hidup satwa liar yang dilindungi, khususnya Gajah Sumatera.
Kehidupan nan asri yang masih tersisa itu kini buram.
Gajah yang dulunya nyaman tinggal di hutan kini terusik.
Sebagian besar kawasan hutan sudah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan.
Di sebelah utara Karang Ampar, terdapat ribuan hektare perkebunan kelapa sawit milik salah satu orang kaya di Bireuen.

Di selatan, sudah dipenuhi perkebunan pinus PT Tusam Hutan Lestari (THL).
“Gajah-gajah ini kehilangan rantai makanan, mereka sudah selalu rutin turun ke perkebunan,” ujar Muslim, tokoh masyarakat Karang Ampar kepada Wartawan ACEHSATU.com, Yusmadi Yusuf dalam acara media trip yang diprakarsai WWF Indonesia untuk pemantauan gajah liar, Rabu (4/11/2020).
Kawanan gajah menurut Muslim berjumlah sekitar 70 ekor itu sudah menjadikan Karang Ampar sebagai tempat tinggal mereka.
“Mereka tidak bisa bergerak, karena dihadang ribuan hektare perkebunan kelapa sawit,” tambah Muslim..
Akibatnya, migrasi kawanan gajah liar di Karang Ampar hanya berkutat di empat kabupaten meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Pidie Jaya, dan Bireuen.

Tapi sebagian besar memang berada di Karang Ampar. Gajah ini lantas memakan, dan merusak kebun milik penduduk desa.
Hal itulah yang menggugah Muslim dan puluhan pemuda di desanya dan desa tetangga bersatu padu menghalau gajah masuk ke kawasan hutan.
Tahun 2017, Muslim resmi membentuk lembaga Tim Penjaga Flora Fauna (TPFF). Dengan lembaga itu, Muslim kini menjadi penjaga gajah bersama 21 teman sekampungnya.
Bertemu Gajah (Hal 2)