https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Menkes RI
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. | Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden

ACEHSATU.COM | JAKARTA – Isu Hasil Tes Beda dan Mafia Karantina Mencuat, Menkes Budi: Tidak Ada PCR yang Sempurna.

Menkes Budi Gunadi Sadikin merespon mengenai hasil tes PCR Corona yang berbeda-beda. Budi mengatakan tak ada tes PCR yang sempurna.

Selain hasil tes beda, saat ini juga muncul laporan dugaan adanya mafia karantina.

“Tidak ada tes PCR yang 100% sempurna, karena baik dari sensitivitas, maupun spesifikasitasnya antara 95 sampai 97%,” kata Menkes Budi menjawab pertanyaan soal tes PCR berbeda-beda saat jumpa pers virtual, Senin (7/2/2022).

Budi lalu mengatakan bahwa Kemenkes telah mengizinkan bagi pelaku perjalanan luar negeri yang melakukan tes pembanding. Akan tetapi, biaya ditanggung sendiri.

“Oleh karena itu, untuk kedatangan dari luar negeri yang sering ramai, Kementerian Kesehatan sudah mengizinkan kalau misalnya ada dites positif boleh melakukan pembanding, bayar sendiri, sekaligus dua, di lab berbeda dan diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan,” ujar Budi.

Dari tes pembanding akan terlihat perbandingan hasil tes PCR apakah lebih unggul positif atau negatif. Budi kembali menegaskan bahwa tes PCR Corona tak seluruhnya sempurna.

“Sehingga kalau keluar dua hasilnya, langsung bisa kita lihat, nanti hasilnya ada tiga, kalau 2-1 bilang negatif, ya itu otomatis negatif, kalau 2 dari 3 itu bilang positif, ya dia itu positif,” ucap Menkes Budi.

“Tidak ada di mana pun di dunia, 100% PCR itu tepat, selalu ada selisihnya. Tapi diberi kesempatan kalau dia datang ragu, dia bisa tes pembanding,” imbuhnya.

Satgas soal Tes Pembanding Pelaku Perjalanan LN

Satgas COVID-19 sebelumnya telah membahas mengenai tes pembanding bagi pelaku perjalanan luar negeri ini. Hal itu disampaikan oleh Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Suharyanto.

Dia awalnya menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan karantina di Indonesia. Suharyanto menyebut, saat awal pelaksanaan karantina, sempat terjadi penumpukan orang di Bandara Soekarno-Hatta. Selain itu, fasilitas yang tersedia juga masih kurang sempurna.

“Tapi dengan kerja keras Satgas, dibantu dengan unsur TNI dan POLRI di DKI Jaya, alhamdulillah bisa terurai dan semakin baik,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (3/2) lalu.

Mafia Karantina

Suharyanto juga menyinggung mengenai sejumlah laporan dugaan adanya mafia karantina. Penyelidikan pun, katanya telah dilakukan terkait laporan ini.

“Ada juga keluhan-keluhan pelaksanaan karantina bagi orang asing di hotel. Kami segera melaksanakan evaluasi, melaksanakan pengumpulan keterangan dan kami peroleh jawaban,” ujarnya.

“Beberapa warga negara asing yang selesai karantina, data menunjukkan bahwa orang yang dikarantina itu pada saat masuk mungkin entry test-nya negatif. Begitu dikarantina hari ke-5, exit test-nya positif. Memang begitu, itulah gunanya karantina,” sambungnya.

WNA yang tidak puas dengan hasil tes itu meminta tes pembanding. Pada saat itu, tes pembanding ini memiliki ketentuan tersendiri.

“Bisa dilaksanakan tes pembanding sesuai surat edaran satgas itu semula hanya di RSPAD, RS POLRI, dan RSCM. Karena tidak bisa, mereka menganggap bahwa petugas di lapangan yaitu petugas hotel, mungkin aparat TNI/POLRI yang berjaga di hotel-hotel itu menganggap itu permainan. Jadi dianggap itu positif palsu,” katanya.

Suharyanto menyampaikan saat ini pelaku perjalanan luar negeri dapat melakukan tes COVID-19 pembanding di lokasi yang tak terbatas pada 3 rumah sakit itu.

“Jadi ditentukan beberapa rumah sakit dan laboratorium yang menurut Kementerian Kesehatan sudah kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya. Tak hanya berlaku untuk tes setelah karantina, pelaku perjalanan yang tidak puas dengan hasil entry test di bandara juga dapat melakukan tes pembanding. (*)