Ini tentang Pemimpin Menara Gading

Pemimpin yang hebat tidak bisa ibarat tinggal di menara gading yang jauh dan terasing dari keberadaan rakyat.

ACEHSATU.COM — Pemimpin yang hebat tidak bisa ibarat tinggal di menara gading yang jauh dan terasing dari keberadaan rakyat.

Pemimpin yang tinggal di menara gading akan melahirkan sindrom dalam dirinya yang membuatnya ingin selalu dihormati dan ditaati perintah-perintahnya.

Maka, lahirlah sikap dominatif dan menindas.” dikutip dari buku Sutasoma.

Ungkapan menara gading seringkali digunakan untuk merendahkan sesuatu.

Sejak abad ke-19 ungkapan itu sering digunakan untuk menggambarkan betapa dunia intelektual sekolah dan universitas begitu terputus dengan dunia praktikal sehari-hari.

Lebih sinis lagi, ungkapan itu juga untuk menggambarkan sekolah sebagai lingkungan yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri, elitis, atau ilmuwan yang kecil manfaatnya bagi dunia nyata.

Sebagai suatu istilah, menara gading bermaknakan gambaran tentang menterengnya suatu menara yang sangat indah pun mewah dipandangan mata.

Hanya saja, keindahan dan kemewahan menara itu hanyalah milik dan lamunan sipenghuninya saja.

Sementara disekeliling menara itu, terhampar berbagai masalah rakyat yang tak pernah tersentuh oleh para penghuni menara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menara gading disebut sebagai tempat atau kedudukan yang serba mulia, enak, dan menyenangkan.

Kamus juga mengartikan kata-kata itu sebagai tempat untuk menyendiri, misalnya tempat studi, yang memberi kesempatan untuk bersikap masa bodoh terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Sebagai contoh, “Oleh karena itu mahasiswa jangan menjadi intelektual yang ada di menara gading, tetapi dia hadir ikut menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat.

Dengan potensi yang dimilikinya, ia akan menjadi kekuatan strategis untuk menyuarakan keberpihakan kepada kelompok yang lemah (mustadh’afin).” kata Ruchman Basori, Kemenag RI.

Dalam kapasitas sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa harus peka dengan lingkungan sekitarnya.

Mereka harus turun ke desa-desa dan melakukan berbagai kegiatan yang dapat membantu menyelesaikan persoalan masyarakat.

Begitu pula dengan perguruan tinggi. Universitas bukanlah menara gading, juga halnya dengan jabatan dan kedudukan tinggi yang ada di universitas tidak boleh oleh siapapun menjadikannya seperti menara gading.

Jauh dari jangkauan partisipasi masyarakatnya.

“Universitas harus menjadi menara ilmu, menjadi bagian dari cahaya peradaban masyarakat maju. Menjadi cahaya lampu yang kuat dan terang dalam setiap ruang pembangunan bangsa dan masyarakat kita melalui peran serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,” begitu kata Syahrul salah seorang akademisi Unsyiah.

Oleh sebab itu bila yang maksud diatas dinisbahkan pada pemimpin sebagai sosok penerang dan cahaya bagi yang dipimpinnya, maka ia akan menempatkan dirinya sebagai sumber kebaikan dan memberikan inspirasi bagi lingkungan sekitarnya.

Implikasinya, dia akan memberdayakan dan bukan memperdayakan.

Sikap berbanding terbalik yang paling nyata dengan pemimpin menara gading yang larut dalam kenikmatan adalah mereka lebih mengedepankan kemanfaatan (utilitas) bagi yang lain.

Ia rela berkorban demi memajukan orang lain dengan segala daya upaya. Tidak menyorong belati apalagi menghunus pedang agar untuk ditakuti.

Pemimpin menara gading juga hanya melihat pada keinginan dan harapannya sendiri dengan tidak mengindahkan keluhan atas masalah—yang secara tidak sadar tercipta oleh sikap kepemimpinannya sendiri—yang dihadapi orang-orang di ia pimpin.

Dengan demikian, keberadaan pemimpin menara gading secara jelas terlihat bahwa mereka tidak memberikan manfaat dan pengaruh yang lebih besar bagi lingkungan sekitarnya. Justru sebaliknya, ia menjadi sumber masalah baru dalam satu sistem yang tidak mapan.

Dampak buruk dari kepemimpinan menara gading adalah akan terjadi kegagalan dalam mentranformasikan ide dan segala bentuk kreatifitas berpikir yang datangnya dari luar kedalam sebuah tindakan formal organisasi.

Sebab terdapat hambatan besar untuk menerobos tembok tinggi egoisme mereka. Lantas bagaimana sebaiknya? (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.