INFOGRAFIS: Aceh Belum Bebas HIV-Aids, Ini Sejarahnya

INFOGRAFIS: Aceh Belum Bebas HIV-Aids, Ini Sejarahnya   ACEHSATU.COM — Meski mengalami penurunan jumlah kasus, Aceh belum bebas HIV – Aids. Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik Aceh, pada tahun 2019, jumah penderita HIV – Aids masing-masing berjumlah sebesar 43 dan 79. Jumlah kasus tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada dua tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, … Read more

INFOGRAFIS: Aceh Belum Bebas HIV-Aids, Ini Sejarahnya  

ACEHSATU.COM Meski mengalami penurunan jumlah kasus, Aceh belum bebas HIV – Aids.

Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik Aceh, pada tahun 2019, jumah penderita HIV – Aids masing-masing berjumlah sebesar 43 dan 79.

Jumlah kasus tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada dua tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, penderita HIV-Aids di Aceh masing-masing berjumlah sebesar 69 dan 90.

Sementara pada 2017, tercatat sejumlah 43 kasus HIV dan 79 kasus Aids.

Berdasarkan laporan resmi United Nation Acquired Immune Deficiency Syndrome (UNAIDS), Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga di Asia Pasifik terhadap jumlah kasus baru dengan estimasi temuan sebesar 46.000 pertahun

Lantas, apa itu Aids dan bagaimana sejarah penemuannya? dikutip dari situs resmi kementerian kesehatan, Aids merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus atau HIV.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala penyakit akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

Penyakit ini telah menjadi isu global sebab dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut di seluruh dunia.

Hingga kini belum ditemukan adanya vaksin atau obat yang benar-benar efektif sebagai pencegahan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai infeksi oportunistik.

Meski telah muncul hampir seabad, HIV masih menjadi penyakit yang menimbulkan keresahan di seluruh dunia.

Sejarah HIV AIDS pertama kali

Sejumlah bukti medis menyebut, Virus HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus simian immunodeficiency viruses (SIV) dari simpanse dan gorila kepada manusia.

Tetapi semenjak itu kasus kematian mendadak dengan gejala-gejala khas hilang dan dianggap tidak menjadi ancaman yang begitu berarti.

Namun, keresahan kembali terjadi pada awal tahun 80-an, tepatnya tahun 1981.

LIHAT JUGA:

INFOGRAFIS: Sepuluh Provinsi Termiskin di Indonesia, Aceh Peringkat Berapa?

INFOGRAFIS: Capai 27 Kasus, Positif Covid-19 di Aceh Rekor Baru

Infografis: Fakta-Fakta Blok B

Ketika itu ditemukan infeksi paru yang amat jarang yang disebut pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada lima orang pemuda homoseksual yang sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan di Los Angeles, Amerika Serikat.

Pada saat yang bersamaan, wilayah New York dan California turut melaporkan adanya jangkitan kanker ganas yang disebut dengan sarcoma kaposi, identik dengan penyakit yang menyerang pria homoseksual.

Penyakit-penyakit yang dilaporkan tersebut ternyata memiliki hubungan dengan adanya kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh.

Pada akhir tahun 1981, infeksi semakin meluas, dilaporkan 270 kasus pasien dengan kerusakan kekebalan tubuh yang parah pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meningal dunia.

Pada akhir tahun ini pula pertama kali didapati kasus PCP pada orang yang menggunakan narkoba suntik.

Terkait cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal tahun 1982 pakar menyebut penyakit ini dengan  gay-related immune deficiency (GRID). Namun pada bulan september CDC menamakan penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena diperkirakan penyebaran penyakit ini tidak semata-mata dapat ditularkan oleh perilaku seksual sesama jenis semata.

Benar saja, pada awal tahun 1983 ditemukan adanya penularan virus ini melalui hubungan heteroseksual dari laki-laki kepada perempuan.

Pada tahun ini pula diketahui pertama kali bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui ibu yang menderita HIV-AIDS pada bayi yang dikandungnya.

Tahun 1984 dikampanyekan bahwa penyakit ini sangat berisiko tertular melalui penggunaan jarum suntik bersama.

Hal tersebut menjadi pukulan telak bagi dunia kesehatan yang pada saat itu masih sering menggunakan satu jarum suntik untuk sejumlah pasien.

Saat ini, HIV-Aids masih menjadi pandemi global yang masih mengkhawatirkan di tengah merebaknya Covid-19. (*)

Foto Infografis HIVAids Aceh. @Acehsatu.com
Infografis HIVAids Aceh. @Acehsatu.com

 

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.