https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

harga kripto hari ini
ILUSTRASI - Harga Kripto Hari Ini Turun: Bitcoin Melempem, Bakal Adem Ayem hingga 2024. | Foto: Shutterstock via detik.com

ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Harga Kripto Hari Ini Turun: Bitcoin Melempem, Bakal Adem Ayem hingga 2024.

Harga kripto hari ini turun 2,06%. Meski begitu, bitcoin tercatat masih menjadi kripto yang paling banyak diperdagangkan dalam 24 jam terakhir.

Dikutip dari Coinbase, Kamis (24/2/2022), DIA menjadi kripto yang paling tinggi kenaikannya mencapai 34,93%.

Harga Bitcoin turun 2,12% ke level Rp 530 juta. Dogecoin juga turun 2,64% ke level Rp 1.824.

Harga kripto hari ini mayoritas melemah. Hanya beberapa kripto yang melonjak harganya.

Harga Kripto yang Naik

DIA naik 32,62% ke level Rp 16.950
NuCypher naik 16,46% ke level Rp 6.940
Braintrust naik 10,11% ke level Rp 46.713
MyNeighborAlice naik 8,39% ke level Rp 104.388
Keep Network naik 7,82% ke level Rp 8.699

Harga Kripto yang Turun

API3 turun 16,86% ke level Rp 92.779
FORTH turun 11,25% ke level Rp 90.352
Ribbon Finance turun 10,13% ke level Rp 17.811
Jasmy turun 9,99% ke level Rp 256
QuickSwap turun 7,71% ke level Rp 2,3 juta

Adem ayem hingga 20224

Sementara itu, Co-Founder salah satu bursa kripto terbesar dunia, Huobi, Jun Du mengatakan bahwa harga Bitcoin diperkirakan tidak akan naik signifikan hingga akhir 2024 atau pada awal 2025. Kenapa ya?

Hal ini bisa terjadi karena adanya indikasi siklus harga yang terjadi seperti masa lalu. Tren kenaikan harga Bitcoin juga terkait erat dengan proses Halving yang terjadi setiap empat tahun sekali.

Halving merupakan kondisi ketika imbalan bagi penambang Bitcoin (block reward) berkurang setengah setelah selesai menambang 210.000 blok, atau terjadi empat tahun sekali, seperti dilansir BlogPluang.

Penambang Bitcoin menjalankan komputer khusus untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk transaksi di jaringan Bitcoin.

Sebagai upahnya, para penambang Bitcoin dibayar dalam Bitcoin juga, dan ini mempengaruhi proses Halving dalam tren kenaikan harga Bitcoin itu sendiri.

Halving terakhir terjadi pada Mei 2020, dan 2021, di mana bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa yaitu di atas US$ 68.000. Kejadian serupa juga pernah terjadi empat tahun sebelumnya yaitu pada 2016 dan Bitcoin juga mencapai rekor tertingginya pada saat itu.

Setelah mengalami kedua puncak itu, Bitcoin malah jatuh harga. Saat ini, Bitcoin berada hampir 40% dari rekor tertingginya sejak November lalu.

Bitcoin juga masih mengalami penurunan, terlihat dari beberapa posisi terendahnya di bulan Januari. Halving selanjutnya diprediksi akan terjadi dalam dua tahun lagi yaitu pada 2024.

“Jika ini berlanjut, kita sekarang berada pada tahap awal bearish market,” kata Du, dikutip dari CNBC, Rabu (23/2/2022).

Du juga mengatakan bahwa untuk saat ini sangat sulit memprediksi secara pasti karena banyak faktor yang bisa mempengaruhi pasar apalagi saat COVID-19.

Bitcoin kian merosot

Puncak kejayaan bitcoin sebagai aset investasi atau ’emas digital’ mulai merosot. Penurunan nilai bitcoin dipengaruhi laju inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan masalah geopolitik antara Rusia dengan Ukraina.

Padahal bitcoin sering disebut sebagai ’emas digital’. Istilah itu disematkan dengan harapan bitcoin bisa menjadi aset investasi seperti emas yang tidak berkorelasi dengan pasar keuangan lainnya, seperti saham.

Harga bitcoin jatuh ke level terendah, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk. Itu adalah dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur dan diklaim oleh Rusia.

Kemudian, inflasi di AS sebenarnya diharapkan tidak mempengaruhi harga bitcoin. Sebaliknya, harga kripto terpangkas setengah dari level tertinggi US$ 69.000 pada bulan November. Itu membuat para analis mempertanyakan apakah julukannya sebagai bentuk ’emas digital’ masih benar.

Para ahli mengatakan, kripto tidak bisa seperti emas yang tahan dengan keadaan geopolitik. Kripto disebut masih seperti saham yang mungkin harganya bisa turun kapan saja karena keadaan pasar.

“Korelasi antara crypto dan saham telah tinggi selama beberapa bulan terakhir baik pada berita makro terkait inflasi dan situasi geopolitik Rusia-Ukraina,” kata seorang pedagang kuantitatif di pembuat pasar crypto B2C2, Chris Dick, dikutip dari CNBC, Kamis (24/2/2022).

“Korelasi ini menunjukkan bahwa bitcoin secara tegas berperilaku seperti aset berisiko saat ini – bukan tempat yang aman seperti yang disebut-sebut beberapa tahun yang lalu,” tambahnya.

Faktanya, emas telah mengungguli bitcoin belakangan ini. Harga spot untuk logam mulia mencapai level tertinggi, naik setinggi US$ 1.913,89 per troy ounce.

“Bitcoin, aset yang dianggap sebagai jawaban atas setiap pertanyaan, telah melemah secara diam-diam dan terutama berkinerja buruk di bawah musuh bebuyutannya, emas,” kata kepala strategi teknis di 22V Research, John Roque. (*)