https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Filipina Resesi, Bagaimana Indonesia?

ACEHSATU.COM | MANILA – Filipina resesi. Ekonominya jatuh lebih dalam dari prediksi. Lagi-lagi virus Corona yang jadi biang keroknya.

Filipina resesi terakhir kali jatuh pada 29 tahun lalu atau nyaris 3 dekade silam.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (6/8/2020), pada kuartal II-2020, ekonomi Filipina tercatat minus 16,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara, pada kuartal sebelumnya, negara ini mencatat kontraksi ekonomi minus 0,7%.

Ekonominya ini merupakan yang terparah sejak 1981 menurut data Philippine Statistics Authority. Kontraksi yang terjadi di ekonomi Filipina ini lebih parah 9% dari prediksi Reuters.

“Ekonomi Filipina jatuh ke jurang resesi di kuartal II-2020 akibat dampak dari lockdown saat pandemi,” kata Ekonom Senior ING Nicholas Antonio Mapa.

“Dengan jumlah pengangguran yang diprediksi akan naik di bulan-bulan mendatang, kami tidak melihat akan ada perbaikan konsumsi dalam waktu dekat, apalagi jumlah kasus positif COVID-19 masih terus bertambah,” tambahnya.

Resesi menjadi kata yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Sebenarnya apa sih resesi itu?

Resesi adalah situasi yang terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Bagaimana Indonesia?

Jika dalam kuartal berikutnya ekonomi tetap negatif, maka resesi berlanjut. Sebuah negara berhasil keluar dari resesi ketika ekonominya sudah bisa tumbuh positif lagi.

Nah, Indonesia sudah hampir masuk ke resesi nih. Pasalnya, di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia minus -5,32% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.

Jika di kuartal III-2020 ekonomi kembali minus, maka Indonesia resmi masuk resesi. Mudah-mudahan pemerintah bisa membuat gebrakan selama tiga bulan ke depan supaya resesi tidak terjadi.

Beda Resesi dengan Krisis dan Depresi

Jangan sampai salah mengerti, resesi ekonomi beda dengan krisis, apalagi dengan depresi ekonomi. Krisis adalah keadaan yang mengacu pada penurunan kondisi ekonomi drastis yang terjadi di sebuah negara.

Penyebab krisis ekonomi adalah fundamental ekonomi yang rapuh antara lain tercermin dari laju inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang macet.

Penyebabnya juga dikarenakan beban utang luar negeri yang melimpah dan melebihi kemampuan bayar, investasi yang tidak efisien, defisit neraca pembayaran yang besar dan tidak terkontrol.

Gejala krisis ekonomi biasanya didahului oleh penurunan kemampuan belanja pemerintah, jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja.

Kemudian, penurunan konsumsi atau daya beli rendah, kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung drastis dan tajam, dan penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.

Krisis ekonomi biasanya mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, angka pengangguran naik, pemerintah kesulitan membiayai belanja, dan harga kebutuhan naik tajam.

Sedangkan depresi ekonomi, sebenarnya tidak ada definisi standar tentang perbedaan antara resesi dengan depresi.

Tapi, depresi ekonomi biasanya lebih parah dalam hal besarnya dan lamanya kontraksi ekonomi.

Mengutip Fortune, terdapat perbedaan yang jelas dalam penurunan PDB dan jangka waktu krisis antara resesi dengan depresi.

Dalam resesi, penurunan PDB berada di kisaran -0,3% hingga -5,1%.

Di Amerika Serikat (AS) contohnya, penurunan PDB paling parah (-5,1%) terjadi lebih dari sepuluh tahun lalu yaitu pada Desember 2007-Juni 2009.

Untuk penurunan PDB paling rendah berada di -0,3% terjadi pada Maret-November 2001.

Sedangkan dalam istilah depresi, penurunan PDB berada di kisaran -14,7% hingga -38,1%. Penurunan PDB terburuk di AS (-38,1%) terjadi pada Januari 1920- Januari 1921. Untuk penurunan PDB paling rendah berada di -14,7% terjadi pada Januari 1910-Januari 1912. Secara sekilas, nampak bila penurunan PDB pada depresi ekonomi jauh lebih buruk daripada resesi.

Selain perbedaan besar penurunan PDB, jangka waktu krisis juga menentukan perbedaan antara resesi dengan depresi.

Pada resesi, jangka waktu atau lamanya krisis berlangsung selama 6-18 bulan.

Sedangkan untuk depresi, lamanya krisis berlangsung antara 18-43 bulan. Dengan kata lain, depresi ekonomi merupakan kondisi yang jauh lebih parah dari resesi. (*)

Sumber: detik.com