Duh, Perusahaan Plat Merah di Aceh Defisit Rp 30 Miliar Setiap Bulan, Kok Bisa?

Bagaimana tidak, untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan "plat merah' bergerak dibidang perkebunan itu setiap bulannya kekurangan financial sebesar Rp. 30 Miliyar. 

ACEHSATU.COM |  LANGSA – Kondisi Keuangan Perusahaan PTPN-I Aceh terpuruk seperti dikabarkan pihak manajemen, Sabtu (14/2/2020).

Bagaimana tidak, untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan “plat merah’ bergerak dibidang perkebunan itu setiap bulannya kekurangan financial sebesar Rp 30 miliar.

Jikapun diasumsikan setiap tahunnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu harus menutupi kekurangan dana operasional sebesar Rp 360 miliar.

Namun tidak ada penjelasan kongkrit dari manajemen PTPN-I Aceh terkait sumber dana guna menutupi defisit tersebut setiap bulannya.

Berdasarkan siaran press dari PTPN-I Aceh diterima ACEHSATU.COM, Kasubbag Humas Protoler PTPN I Aceh, Syaifullah, SE menyampaikan sejak masa konflik Aceh berkecamuk hingga saat ini kondisi financial PTPN-I Aceh sangat memprihatinkan.

Terutama untuk membiayai operasional dan berbagai beban yang menjadi kewajiban perusahaan seperti Gaji Karyawan, Pajak, Hutang Jangka Pendek dan Jangka Panjang.

Hingga saat ini total utang perusahaan PTPN-I Aceh mencapai lebih kurang Rp. 2,6 Triliun.

Sementara itu sumber pendapatan asli perusahaan PTPN-I Aceh dihasilkan dari unit budidaya Kelapa Sawit yang diolah menjadi CPO dan inti Sawit yang kemudian dijual dengan harga pasar.

Ia juga mengakui pendapatan dari hasil penjualan tersebut hingga sekarang ini belum mampu untuk menutupi biaya operasional perusahaan.

Sedangkan kondisi realisasi produksi Tandan Buah Segar (TBS) rata-rata perbulan yang dihasilkan dari kurun waktu tahun 2016 s.d tahun 2019 sebanyak 24.542.000 ton, total pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 50 s.d Rp. 60 Miliyar.

Sedangkan untuk kebutuhan biaya operasional dan beban hutang jangka panjang dan jangka pendek perbulan dibutuhkan dana sebesar 90 milyar yang terdiri dari gaji 28 miliar, pinjaman bank Rp 44 miliar, Iuran BPJS Rp 2,8 miliyar, transport TBS Rp. 4,2 miliar dan transport CPO Rp 2,3 miliyar.

Selain itu biaya pajak Rp. 4 Miliyar, biaya operasional yang mendesak Rp 5 miliyar, belum lagi pembayaran SHT yang direncanakan sebesar Rp 2,5 miliyar sampai dengan Rp 4 miliyar.

Selisih pendapatan terhadap beban perusahaan sebesar Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar.

Syaifullah tidak menampik pendapatan saat ini hanya mampu membayar gaji, pinjaman bank, pajak dan sebahagian biaya operasional yang sangat penting dan tidak dapat ditunda.

Dengan tercapainya usaha yang dilakukan, kemampuan dan kesehatan perusahaan dapat terus meningkat sehingga beban kewajiban perusahaan berangsur mampu diselesaikan, demikian Syaifullah, S.E Kasubbag. Humas Protokoler/Portal BUMN PTPN-I Aceh. (*)

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.