https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Anak-anak juga mengalami stres karena COVID-19. Foto: Getty Images/iStockphoto/stefanamer

ACEHSATU.COM | JAKARTA – Bukan cuma orang dewasa yang merasa terganggu karena adanya COVID-19. Kesehatan jiwa anak-anak pun jadi korban karena pandemi yang tengah berlangsung.

Dikutip dari The Star, survei berisi pilihan ganda ini menunjukkan sebanyak 72% dari murid sekolah dasar dan menengah merasa virus ini membuat mereka merasa buruk atau mengganggu konsentrasi mereka, kata National Center for Child Health and Development. Bahkan, 9% dari responden mengaku melukai diri mereka sendiri atau menggunakan kekerasan pada anggota keluarga/hewan peliharaan.

Survei tersebut dilakukan secara online sejak 15 Juni 2020 hingga 26 Juli 2020 untuk menganalisis dampak pandemi pada anak-anak. Total ada 6.772 orang (981 anak berusia 7-17 tahun, dan juga orangtua yang memiliki anak 17 tahun atau kurang) yang bersedia menjadi responden.

Data dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK-Indonesia) juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama. Sebanyak 14.619 individu yang mendapatkan penanganan IPK-Indonesia (baik dewasa dan anak-anak) mengaku mengalami dampak akibat pandemi COVID-19.

“Empat masalah yang paling banyak ditemui adalah kesulitan belajar, kecemasan, stress, dan gangguan mood antara lain depresi. Hal ini selaras dengan temuan hasil kuesioner swaperiksa masyarakat yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) bahwa 57,6% yang melakukan swaperiksa teridentifikasi memiliki gejala depresi,” tulis rilis tersebut.

Ini dia ciri yang perlu diwaspadai ketika anak-anak mengalami stres melansir The American Institute of Stress:

– kesulitan berkonsentrasi

– sulit merasa rileks

– emosional secara ekstrem baik dalam amarah atau tangisan

– perubahan pola makan

– meningkatnya penolakan untuk mengerjakan tugas sekolah

– lebih agresif terhadap orang lain

– merasa ketakutan

– depresi

– kebutuhan untuk berada di dekat orangtua menjadi lebih tinggi. (*)