https://acehsatu.com/wp-content/uploads/fluentform/ff-8740b409234642c1f6cfafd8c0f9acfe-ff-WhatsApp-Image-2024-03-13-at-14.50.40.jpeg

Berita Lainnya

Hukum

Politik

Foto: Rifkianto Nugroho

ACEHSATU.COM — Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali mencuri perhatian publik sejak menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina (Persero). Kali ini dia berkelakar bahwa posisinya di Pertamina adalah sebagai Direktur Utama (Dirut) yang menyamar atau nyaru menjadi Komut.

Hal itu dikatakan dalam sebuah obrolan bersama Seniman Butet Kertaradjasa di YouTube. Ahok menyebut seperti itu karena keberadaannya yang dianggap sering membuat beberapa gebrakan. Dia pun menceritakan bagaimana ide-idenya dalam membenahi Pertamina.

“Makanya ada yang ledekin, ini Komut rasa Dirut. Saya juga bercanda, saya bukan Komut rasa Dirut, (tapi) Dirut nyaru Komut gitu karena kita awasi kan,” tutur Ahok dengan nada bercanda dikutip detikcom, Senin (19/10/2020).

“Pertama kita perbaiki itu adalah soal jenjang karier. Kalau dahulu di Pertamina itu dapat nilai bagus cuma boleh naik satu tingkat PRL-nya (Pertamina Reference Level). Jadi kalau orang mau jadi Vice President, orang mesti kerja mungkin di atas 20 tahun. Ini urut kacang, sekarang saya potong. Kita masuk yang kedua kali, kita tes, tadi baru rapat juga bahwa kalau kamu tes bagus juga bisa langsung loncat 4-5 kali,” tambahnya.

Ahok bercerita bahwa saat ini sudah ada lelang jabatan di Pertamina dan siapapun karyawan bisa mengikutinya. Namun, ia mengaku lebih suka mengocok ulang seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di Pertamina dengan melakukan tes seperti yang dia terapkan saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Saya kurang puas karena kotak lelang hanya buat yang pensiun, yang kosong, saya tidak mau, saya maunya kocok ulang kayak yang di DKI dulu. Waktu di DKI kan kalau nggak salah ada 10.000 atau 11.000 jabatan struktur kita pangkas tinggal 6.000 kalau nggak salah. Semua dikocok ulang tuh dilantik ulang di Monas, harusnya begitu kan baru kita dapatkan yang terbaik dari yang terbaik, tersistem,” ujarnya.

Dia juga ingin Pertamina menerapkan sistem digitalisasi dalam hal apapun, termasuk tanda tangan yang bisa dilakukan dengan digital. Selain itu, dia juga mengubah kewajiban Komisaris yang tadinya rapat hanya 4 kali dalam satu tahun kini menjadi lebih sering.

Rupanya Ahok telah memiliki sejumlah rencana jika dirinya jadi presiden.

Seandainya jadi presiden, Ahok akan memperbaiki gaji pejabat dengan syarat ada sistem alat ukur (Key Performance Indicator/KPI) yang jelas seperti meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ahok menyebut akan menaikkan gaji semua aparat TNI/Polri atau diberikan semacam diskon saat berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Kalau sekarang kita maaf-maaf saja, saya dapat penghargaan perang begitu banyak pun datang ke Indomaret kalau beli susu nggak ada duit ya nggak dapat susu saya. Coba kalau kita ke Indomaret beli susu ‘oh pernah perang ini’ dapat diskon 30%, siapa yang bayar? Pemerintah yang bayar, Kementerian Pertahanan yang bayar. Ditransfer dong kan semua online dan lebih bagus lagi tidak ada tarik tunai maksimal sejuta mungkin,” jelasnya.

Lalu soal permasalahan Pilkada, Ahok berharap calon-calon pejabat bisa menyampaikan kepemilikan harta secara terbalik. Dia ingin pasangan calon presiden harus jujur dari mana asal harta yang mereka miliki.

“Kamu mau mengatakan harta warisan orang tua saya yang korup nggak papa minimal rakyat tau, kenapa kamu punya harta sekian ratus miliar,” tutur Ahok.

Mendengar penjelasan tersebut, Butet sebagai tuan rumah mempertanyakan apakah ada kemungkinan Ahok menjadi presiden di masa depan.

“Saya masih bisa jadi presiden, presiden direktur. Yang jelas sudahlah, ada narasi yang hilang di negara ini tentang siapa orang ini, tiba-tiba seolah-olah saya bukan orang Indonesia asli, ada narasi yang hilang,” jawab Ahok. (*)