Beban Berat Sri Mulyani

Meski di triwulan I perekonomian Indonesia dapat tumbuh di 2,7 persen, namun pertumbuhan ekomomi Indonesia kuartal II diprediksi minus 4 sampai 6%.

Beban Berat Sri Mulyani

The winter si coming.

Istilah yang kerap digunakan dalam serial fiksi game of thrones (GoT) sepertinya mulai menyelimuti dunia.

Siapa sangka, pidato Jokowi dalam IMF dan World Bank di Bali pada 2018 seolah menjadi kenyataan.

Meski bukan karena perang dagang AS dan China, kekahwatiran akan resesi global di 2020 benar-benar terwujud.

Ekonomi Singapura mengalami resesi parah pada kuartal II 2020.

Produk Domestik Bruto negara singa itu mengalami kontaksi hingga 41,2 persen.

Sementara Jerman diperkirakan mengalmi kontraksi hingga 2,2 persen di kuartal II.

Sementara pada Maret lalu, pertumbuhan ekonomi Perancis dan Italia mengalami kontraksi sebesar 5,8 dan 47 persen.

Di periode yang sama, Jepang mengalami kontraksi sebesar 3,4 persen.

Meski belum separah negara-negara lain, hantaman badai “Covid-19” yang merusak pondasi ekonomi Indonesia perlahan menjorok menuju jurang resesi.

Meski di triwulan I perekonomian Indonesia dapat tumbuh di 2,7 persen, namun pertumbuhan ekomomi Indonesia kuartal II diprediksi minus 4 sampai 6%.

Defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar USD 344,7 juta pada April 2020 setidaknya telah memberikan sinyal kuat akan prediksi tersebut.

Kontraksi ekonomi yang cukup dalam diperkirakan akan terus terjadi jika Indonesia tak mampu menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19.

Di satu sisi penerimaan negara dari pajak, bea dan cukai mengalami penurunan.

Namun, di sisi lain pengeluaran negara dalam rangka penanganan pandemi terus meningkat.

Hingga Juni 2020 pemeritah telah mengangarkan Rp 695,2 triliun untuk program penanganan dampak pandemi Covid-19.

Rinciannya, Rp 87.55 triliun untuk anggaran kesehatan, anggaran perlindungan social Rp. 203,9 trliun, insntif usaha sebesar Rp. 120,61 triliun, stimulus Usaha Mikro Kecil dan Menengah sbsar 123,46 triliun, pembiayaan korporasi sebesar Rp 53,57 triliun dan untuk dukungan sektoral kementerian dan lembaga serta Pemerintah daerah sebesar Rp 106,triliun.

Anggaran penanganan Covid-19 tersebut nyatanya telah membuat babak belur keuangan negara.

Sebagai konsekuensi atas realitas yang terjadi, Sri Mulyani pada Juni lalu kembali memperlebar defisit anggaran pendapatan dan belanja negara tahun 2020 di level 6,34% atau sebesar Rp.1039 triliun.

Covid-19 memang menjadi sebuah ancaman baru bagi indonesia dan dunia.

Sesuatu yang datang tanpa diduga. Ia memang seperti salju di serial GoT, tak jelas dan sulit diprediksi.

Dan kini masih menjadi beban berat Sri Mulyani. (*)

Foto karikatur @acehsatu.com
AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.