Batu Nisan Era Samudra Pasai Yang Diberitakan Dibongkar Telah Ditegakkan

ACEHSATU.COM | Lhokseumawe – Setelah sebelumnya beredar kabar tentang penghancuran puluhan makam tinggalan Kerajaan Islam Samudra Pasai di Gampong Alue Awe, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Pada Jumat pagi, 26 Agustus 2022, nisan tersebut ditegakkan kembali oleh pemilik lahan. Berita yang dikutip dari rilis komunitas Peubeudoh Sejarah, Adat dan Budaya (Peusaba) Aceh tersebut dikeluarkan oleh … Read more

ACEHSATU.COM | Lhokseumawe – Setelah sebelumnya beredar kabar tentang penghancuran puluhan makam tinggalan Kerajaan Islam Samudra Pasai di Gampong Alue Awe, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Pada Jumat pagi, 26 Agustus 2022, nisan tersebut ditegakkan kembali oleh pemilik lahan.

Berita yang dikutip dari rilis komunitas Peubeudoh Sejarah, Adat dan Budaya (Peusaba) Aceh tersebut dikeluarkan oleh ketua Peusaba Mawardi Usman.

Dari hasil penelusuran di Lokasi diketahui lokasi makam sebenarnya berada di Dusun Gle Bruek, Gampong Blang Crum Kandang, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.

Lahan makam tersebut merupakan milik keluarga Abdul Azis (32), milik orang tuanya.

Azis menerangkan bahwa dirinya sebelum melakukan pembongkaran, telah beberapa kali melakukan pendekatan dengan instansi terkait dalam hal ini ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe terkait pemanfaatan atau pembebasan lahan tersebut,

“Saya sudah mencoba berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan dinas terkait, namun saya belum mendapat respons apa-apa dari mereka,” ujar Azis.

Azis mengatakan bahwa saat ini sedang proses memindahkan nisan-nisan tersebut ke lokasi yang lebih aman, karena di lokasi tersebut rencananya akan di bangun kompleks perumahan Polres Lhokseumawe.

“Tapi sebelum saya mempersiapkan tempat yang lebih baik, ternyata beberapa pemerhati sejarah yang tidak saya kenal berasumsi ini penghancuran makam, padahal saya juga mengerti sedikit banyaknya tentang situs sejarah, alangkah baiknya para oknum aktivis dadakan tersebut meninjau dan berkomunikasi langsung di tempat, bukannya berargumen dari jauh sana,” ungkap Azis.

“Kalau sudah begini, kan terkesan saya saja yang selama ini menghancurkan sejarah, dikarenakan mereka tidak mendapat informasi rencana penyelamatan yang akan saya lakukan secara swadaya.

Inilah yang terjadi jika aktivis tidak proaktif di lapangan, malah saya melihat penghilangan situs sejarah secara masif masih saja terjadi di Banda Aceh yang merupakan ibu kota dari provinsi yang digelar dengan Seuramoe Meukah ini, kenapa hingga sekarang masih saja terjadi,” bebernya.

Sementara itu, LSM Central Information of Samudra Heritage (CISAH) melalui ketuanya Abd Hamid mengatakan bahwa pihaknya setelah mendapat informasi tersebut langsung melakukan pendalaman terkait tujuan dari pembongkaran tersebut.

“Dan ternyata niat dari keluarga pemilik lahan akan merelokasi batu-batu nisan tersebut ke lokasi yang lebih aman yang berjarak sekitar 30 meter dari posisi awal yang rencana akan dibangun perumahan, dan dilokasi yang baru ini seluruh situs itu akan dipagari agar jika sewaktu-waktu ada peneliti bisa langsung melihatnya,” ungkap Abel Pasai, sapaan akrab ketua CISAH.

Menurutnya, pihak CISAH melihat ada niat baik dari pemilik lahan tersebut, sebelum relokasi situs ini dia sempat menawarkan lahan agar dimanfaatkan sebagai aset kesejarahan kota lhokseumawe, tetapi menurutnya tidak mendapat dukungan apa-apa dari dinas terkait,

“Yaa.. namanya masyarakat dengan berbagai keterbatasannya, sebenarnya pihak CISAH juga sering menyampaikan hal-hal serupa kepada pemegang otoritas di negara ini, tetapi acuh itu sudah menjadi tradisi kali ya dari aparaturnya,” ujar Abel.

Lebih lanjut, pihaknya menilai telah terjadi mis komunikasi, sesama masyarakat yang peduli, dan pada kunjungan CISAH pada Jumat kemarin (26/8/2022) ke lokasi ternyata benar telah ditegakkan kembali seperti yang dijanjikan kepada pihaknya.

“Niat dan semangat baik ini mesti kita apresiasi, dan untuk kedepannya CISAH mengharapkan kepada masyarakat yang lahannya terdapat situs sejarah agar menghubungi kita sebelum mengambil tindakan, jika dinas terkait tidak merespon kita sesama masyarakat akan mencarikan solusi terbaik,” imbuhnya.

CISAH menyampaikan saran dan harapan kepada dinas terkait di Kota Lhokseumawe.

“Sebenarnya sejarah dan peradaban ini bukan informasi baru bagi mereka, kita sering diskusi dahulu terkait ini, bahkan dikota Lhokseumawe masih terdapat beberapa komplek makam tokoh penting zaman kerajaan Samudra Pasai, hingga kini masih belum tersentuh pelestarian sama sekali,

Jadi menurut saya segala pengetahuan dan wawasan kebangsaan agar lebih dikedepankan agar peradaban besar terdahulu akan kembali kita lanjutkan sebagai sebuah pengalaman dan pengetahuan dalam membangun masa depan yang lebih baik,” pungkas Abel.

AcehSatu Network
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Optio, neque qui velit. Magni dolorum quidem ipsam eligendi, totam, facilis laudantium cum accusamus ullam voluptatibus commodi numquam, error, est. Ea, consequatur.