ACEHSATU.COM | BANDA ACEH – Pembahasan seputar tenaga kerja asing asal China membanjiri bursa pasar kerja lokal memang terus jadi sorotan warga tanah air. Tak hanya karena dinilai merusak peluang kerja tenaga kerja lokal, impor pekerja asing itu juga disorot karena disparitas upah yang mencolok.
Mengutip detikcom, perihal tenaga kerja asing (TKA) China yang bekerja di Indonesia tak lepas jadi perbincangan. Pemerintah China pun blak-blakan soal tenaga kerjanya yang bekerja di beberapa proyek kerja sama, salah satunya soal upah pekerja China.
Minister Counselor Kedutaan Besar China di Indonesia Wang Liping menjelaskan gaji para pekerja China di Indonesia memang cukup besar. Upah pekerja China umumnya US$ 30 ribu atau sekitar Rp 450 juta per tahun (kurs Rp 15 ribu).
BACA JUGA:
Soal Rencana Kedatangan 500 TKA Asal China ke Sultra, Ini Alasan Perusahaan
Sabarnya Polisi Ini, Butuh 6 Jam Bujuk TKA China yang Ngambek Sembunyi di Kolong Bus
Ruslan Buton tidak Tersangkut Pembunuhan Petani, tapi Dipecat karena Tolak TKA China ke Maluku
Upah sebesar itu masih ditambah biaya penerbangan dan akomodasi yang dibebankan kepada perusahaan. Sedangkan pekerja lokal di Indonesia, menurut Wang, digaji lebih murah. Jumlahnya hanya sekitar 10 persen dari total gaji pekerja China.
“Seorang pekerja terampil Tiongkok pada umumnya dibayar US$ 30 ribu per tahun ditambah biaya penerbangan internasional dan akomodasi yang wajib ditanggung oleh perusahaan,” ungkap Wang dalam keterangannya, Selasa (2/6/2020).
“Sementara itu, seorang pekerja lokal Indonesia dibayar 10 persen dari total biaya pekerja Tiongkok,” tambahnya.
Wang mengatakan, karena mahalnya tenaga kerja China, sebetulnya perusahaan pada proyek kerja sama akan mencari pekerja lokal karena gajinya lebih murah.
Dilaporkan karena Pukul Wartawan di Subulussalam, Siapa Sebenarnya Oknum Politisi Berinisial BH?
“Oleh karena itu, demi mengendalikan biaya, investor Tiongkok tak mempunyai alasan untuk tidak mempekerjakan pekerja lokal,” kata Wang.
Hanya, masalah yang terjadi adalah daerah sekitar proyek biasanya tak mampu menyediakan cukup tenaga kerja yang terampil. Maka dari itu, beberapa pekerja China didatangkan.
“Bagi beberapa proyek yang diinvestasikan oleh pelaku usaha Tiongkok, memang Indonesia tak mampu menyediakan cukup tenaga teknis dan pekerja terampil, makanya perusahaan Tiongkok harus menggunakan pekerja Tiongkok meskipun biayanya tinggi,” papar Wang. (*)